PROSES ISLAMISASI DI NUSANTARA : (MAKAM SULTAN MALIK AL-SALEH DI ACEH)
Kata Kunci:
Islamisasi, Samudra Pasai, Sultan Malik Al-Saleh, Aceh, Batu NisanAbstrak
Artikel ini membahas proses Islamisasi di Nusantara dengan menitikberatkan pada peran makam Sultan Malik al-Saleh di Aceh sebagai salah satu bukti sejarah yang autentik. Makam tersebut tidak hanya menjadi penanda wafatnya sultan pertama Samudra Pasai pada tahun 1297 M, tetapi juga berfungsi sebagai artefak budaya yang merefleksikan masuknya pengaruh Islam ke kawasan Nusantara. Melalui kajian bentuk nisan, inskripsi Arab, serta ornamen yang terkandung di dalamnya, dapat ditelusuri jejak interaksi antara tradisi lokal dan pengaruh Islam dari luar, khususnya Gujarat, India. Nisan Sultan Malik al-Saleh memperlihatkan adanya akulturasi seni Islam dengan budaya setempat, sehingga memperkuat posisi Samudra Pasai sebagai pusat dakwah Islam awal. Dengan demikian, penelitian ini menegaskan bahwa proses Islamisasi tidak berlangsung secara instan, melainkan melalui jalur perdagangan, politik, dan budaya yang saling melengkapi. Studi ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman tentang sejarah Islamisasi di Indonesia sekaligus menegaskan pentingnya tinggalan arkeologis sebagai sumber sejarah Islam di Nusantara.
This article examines the process of Islamization in the Indonesian archipelago, focusing on the tomb of Sultan Malik al-Saleh in Aceh as an authentic historical source. The tomb not only marks the death of the first Sultan of Samudra Pasai in 1297 AD but also serves as a cultural artifact that reflects the early spread of Islam in the region. Through an analysis of the gravestone’s form, Arabic inscriptions, and ornamental features, this study traces the interaction between local traditions and external Islamic influences, particularly those from Gujarat, India. The gravestone of Sultan Malik al-Saleh illustrates the acculturation of Islamic art with local culture, strengthening the position of Samudra Pasai as an early center of Islamic propagation. Thus, the study highlights that the process of Islamization did not occur instantly, but rather through interconnected pathways of trade, politics, and culture. This research is expected to enrich the understanding of the history of Islamization in Indonesia while emphasizing the significance of archaeological remains as primary sources of Islamic history in the archipelago.



