FENOMENA BUDAYA POP KOREA (KOREAN WAVE) PADA REMAJA DI KOTA MAKASSAR DALAM PERSPEKTIF POSTKOLONIALISME HIBRIDITAS

Penulis

  • Nurainun Hamida Pascasarjana Universitas Negeri Makassar
  • Muhammad Syukur Pascasarjana Universitas Negeri Makassar
  • Ashari Ismail Pascasarjana Universitas Negeri Makassar

Kata Kunci:

Korean Wafe, K-Pop, Remaja Milenial, Budaya, Indonesia

Abstrak

Korean Wave/Hallyu (한류) sedang marak di beberapa negara. Hal itu terjadi karena Korea Selatan terus melebarkan budaya-budayanya menghiasi kehidupan masyarakat di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Beragam budaya Korea mulai dari drama, film, musik, acara televisi, festival budaya, masakan/makanan khas Korea, produk-produk elektronik, fashion, style, sampai pada kosmetik dan produk kecantikan (makeup dan skincare) mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia. Kepopuleran Korean Wave yang saat ini sedang marak di Indonesia, terutama pada kalangan remaja ini membawa dampak bagi remaja milenial. Pada umumnya remaja di Indonesia menyukai K-Pop dan K-Drama. Secara tidak disadari, para remaja di Indonesia mengkonsumsi budaya-budaya Korea. Para remaja sangat antusias terhadap maraknya Korean Wave di Indonesia. Namun sebagai anak Indonesia, diharapkan para remaja Indonesia mampu bersikap kritis terhadap budaya Korean Wave dan tetap menjaga serta melestarikan budaya lokal. Sebagai remaja generasi penerus bangsa, remaja yang menyukai K-Pop diharapkan untuk lebih terbuka pada budaya bangsa dan tidak menutup mata dan telinga pada musik-musik pop Indonesia atau budaya-budaya lokal Indonesia lainnya.  teori poskolonialisme Hibriditas untuk melihat ada atau tidaknya fenomena poskolonialisme dalam fenomena budaya pop korea (korean wafe) pada remaja di kota Makassar. Teori poskolonialisme Bhabha digunakan untuk meneliti fenomena ini karena budaya pop korea sudah masuk dalam lingkup kehidupan masyarakat. Sehingga, teori poskolonialisme hibriditas yang membahas tentang identitas baru karena pertemuan budaya. Pendekatan dan jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dan jenis penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data menggunakan member check. Teknik analisis data meliputi kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 

The Korean Wave/Hallyu (한류) is currently booming in several countries. This phenomenon is occurring because South Korea continues to expand its cultural influence, embellishing the lives of people in various parts of the world, including Indonesia. Various Korean cultures, ranging from dramas, films, music, TV shows, cultural festivals, Korean cuisine/food, electronic products, fashion, style, to cosmetics and beauty products (makeup and skincare), are becoming familiar to the Indonesian public. The popularity of the Korean Wave, which is currently widespread in Indonesia, particularly among teenagers, has an impact on millennial youth. Generally, teenagers in Indonesia like K-Pop and K-Drama. Unconsciously, teenagers in Indonesia consume Korean cultures. Teenagers are very enthusiastic about the rising Korean Wave in Indonesia. However, as Indonesian youth, it is hoped that Indonesian teenagers can critically engage with the Korean Wave culture and continue to maintain and preserve local culture. As the younger generation and future leaders of the nation, teenagers who like K-Pop are encouraged to be more open to their own national culture and not turn a blind eye and deaf ear to Indonesian pop music or other local Indonesian cultures.

The postcolonialism hybrid theory is used to see whether there is a postcolonialism phenomenon within the Korean pop culture (Korean Wave) among teenagers in Makassar city. Bhabha's postcolonialism theory is employed to study this phenomenon because Korean pop culture has already entered the realm of societal life. Therefore, the hybrid postcolonialism theory, which discusses new identities arising from cultural encounters, is applied. The research approach and type of study used in this research are descriptive and qualitative. Data collection techniques include observation, interviews, and documentation. Data validity is checked using member checks. Data analysis techniques involve data condensation, data presentation, and drawing conclusions.

Unduhan

Diterbitkan

2024-06-30