DIGITALISASI POLITIK, TRANSISI BUDAYA KAMPANYE POLITIK, DAN PEREBUTAN SUARA PEMILIH MUDA (STUDI KASUS POLITICAL BRANDING PILPRES 2024)
Kata Kunci:
Politikal Branding, Budaya Politik, PilpresAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana startegi politikal branding yang dilakukan para kontestan Pilpres 2024, serta bagaimana dampak dari penggunaan strategi politikal branding terhadap budaya politik di Indonesia. Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teknik analisa konten pada media sosial untuk menyelidiki secara deskriptif terkait studi komunikasi politik melalui political branding oleh para kontestan Pilpres 2024. Hasil penelitian menunjukkan perubahan paradigma dan budaya kampanye dari konvensional ke digital, pertama kali muncul pada pilpres tahun 2014. Selanjutnya terus berkembang, hingga pada pilpres 2024 pertarungan kampanye politik lebih massif terjadi di media sosial dan media massa, setiap kontestan melakukan startegi politikal branding seperti Anis dan Muhaimin dengan branding slepet, Prabowo dan Gibran denga Gemoy Samsul, dan Ganjar dan Mahfud dengan Sat Set. Politikal branding berdampak pada pertarungan gimmick memperebutkan hati pemilih muda yang pada akhirnya memberikan kemenangan politik terhadap keterpilihan Prabowo Gibran yang dianggap merepresentasikan pemilih muda. Namaun memunculkan gejolak pasca putusan karena dianggap terjadi pelanggaran administartif yang meloloskan Gibran sebagai calon wakil presiden yang dianggap sebagai bentuk nepotisme yang bertentangan dengan nilai budaya yang ada di Indonesia.