IMPLEMENTASI NASKAH CABIK DAN PEKIK SUNYI KARYA MUHAMMAD IBRAHIM ILYAS DALAM PERTUNJUKAN TEATER MENCABIK PEKIK SUNYI OLEH MAHATMA MUHAMMAD

Penulis

  • Diah Anggina Uli Sitompul Universitas Negeri Padang
  • Wimbrayardi Universitas Negeri Padang

Kata Kunci:

Teater Eksperimental, Implementasi, Penyutradaraan, Dekonstruksi Naskah, Mencabik Pekik Sunyi, Seni Pertunjukan

Abstrak

Seni teater merupakan medium ekspresi yang memungkinkan eksplorasi makna baru dalam naskah drama. Penelitian ini membahas implementasi naskah drama Cabik dan Pekik Sunyi karya Muhammad Ibrahim Ilyas dalam pertunjukan teater Mencabik Pekik Sunyi yang disutradarai oleh Mahatma Muhammad. Kedua naskah memiliki tema berbeda tetapi beririsan: Cabik menggambarkan konflik rumah tangga, sedangkan Pekik Sunyi mengangkat persoalan kemanusiaan dan penderitaan akibat perang. Sutradara tidak hanya mengadaptasi, tetapi juga merekonstruksi kedua naskah menjadi satu pertunjukan teater yang lebih eksperimental dan interdisipliner. Jenis penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data berupa: Analisis teks drama (Cabik dan Pekik Sunyi). Observasi langsung terhadap pertunjukan Mencabik Pekik Sunyi. Wawancara mendalam dengan Mahatma Muhammad. Studi kepustakaan terkait teori seni pertunjukan dan penyutradaraan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsep penyutradaraan Mahatma Muhammad dalam mengimplementasikan kedua naskah menjadi satu pertunjukan. Selain itu, penelitian ini juga mengkaji bagaimana dekonstruksi teks dan eksplorasi seni visual dalam pertunjukan menghasilkan makna baru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mahatma Muhammad melakukan pembacaan ulang dan dekonstruksi dramaturgi dengan cara: Menyatukan tema personal dan global dari dua naskah dalam satu narasi baru yang lebih luas. Mengubah struktur dan dialog dengan pendekatan yang lebih bebas dan multiinterpretatif. Menggunakan seni instalasi berbahan sampah laut sebagai bagian dari tata panggung untuk menghadirkan isu lingkungan dan kehancuran. Menjadikan pertunjukan lebih visual dan simbolik, dengan eksplorasi bunyi, gerak, dan ruang. Pertunjukan Mencabik Pekik Sunyi bukan hanya adaptasi, tetapi penciptaan ulang yang membuka ruang interpretasi baru dalam seni teater. Pendekatan Mahatma Muhammad terhadap kedua naskah menunjukkan bahwa teater dapat menjadi ruang eksperimentasi, di mana teks drama tidak hanya dipentaskan, tetapi juga dibongkar, disusun ulang, dan diperluas maknanya. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap kajian penyutradaraan teater kontemporer serta bagaimana seni teater dapat berkolaborasi dengan disiplin seni lainnya untuk menciptakan pengalaman pertunjukan yang lebih kaya dan reflektif.

Theater art is a medium of expression that allows the exploration of new meanings in drama scripts. This study discusses the implementation of the Cabik and Pekik Sunyi drama scripts by Muhammad Ibrahim Ilyas in the Menceng Pekik Sunyi theater performance directed by Mahatma Muhammad. The two scripts have different but overlapping themes: Cabik depicts domestic conflict, while Pekik Sunyi raises the issue of humanity and suffering due to war. The director not only adapts but also reconstructs the two scripts into one more experimental and interdisciplinary theater performance. This type of research uses a qualitative descriptive method, with data collection techniques in the form of: Analysis of drama texts (Cabik and Pekik Sunyi). Direct observation of the Menceng Pekik Sunyi performance. In-depth interviews with Mahatma Muhammad. Literature study related to the theory of performing arts and directing. This study aims to analyze Mahatma Muhammad's directing concept in implementing the two scripts into one performance. In addition, this study also examines how text deconstruction and visual art exploration in the performance produce new meanings. The results of the study show that Mahatma Muhammad reread and deconstructed the dramaturgy by: Uniting personal and global themes from the two scripts in a new, broader narrative. Changing the structure and dialogue with a freer and more multi-interpretive approach. Using art installations made from marine debris as part of the stage design to present environmental issues and destruction. Making the performance more visual and symbolic, with exploration of sound, movement, and space. The Menceng Pekik Sunyi performance is not just an adaptation, but a re-creation that opens up new interpretive space in theater art. Mahatma Muhammad's approach to the two scripts shows that theater can be a space for experimentation, where drama texts are not only staged, but also dismantled, rearranged, and encompass their meaning. This study contributes to the study of contemporary directing and how theater can collaborate with other art disciplines to create a richer and more reflective performance experience.

Unduhan

Diterbitkan

2025-02-27