TATA KELOLA WISATA WAE REBO OLEH LEMBAGA PELESTARI BUDAYA WAE REBO DALAM PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA DI DESA SATAR LENDA KECAMATAN SATAR MESE BARAT KABUPATEN MANGGARAI

Penulis

  • Desiderius Jadu Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

Kata Kunci:

Tata Kelola, Pengembangan Destinasi, Wisata Wae Rebo

Abstrak

Penelitian ini berjudul Tata Kelola Wisata Wae Rebo oleh Lembaga Pelestari Budaya Wae Rebo Di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai. Untuk menjelaskan masalah pokok pada judul di atas, maka dibangun teori tentang tata kelola dengan fokus pada Pelestari Budaya Wae Rebo Di Desa Sater Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai berdasarkan aspek planning (perencanaan), organizing (pengorganisasian), actuating (pelaksanaan), dan controlling (pengawasan). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deksriptif kualitatif dan teknik yang digunakan adalah teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Tata Kelola Wisata Wae Rebo Oleh Lembaga Pelestari Budaya Wae Reb dari aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan, telah terlaksana dengan cukup efektif, hal ini dapat dilihat. Pertama, aspek perencanaan berkaitan dengan melanjutkan pembuatan rabat jalan, menambah MCK, dan merenovasi rumah adat yang ada. Dalam aspek ini berbagai rencana pekerjaan dengan usulan anggarannya telah ditetapkan dan siap dijalankan. Kedua, aspek pengorganisasian yang mencakup terbentuknya struktur organisasi mulai dari ketua, wakil, bendahara dan dibantu oleh seksi-seksi yang ada untuk memudahkan roda organisasi telah tersusun dengan baik. Organisasi dalam rangka mewujudkan rencana yang ada juga sudah terbentuk dan siap bekerja. Ketiga, aspek pelaksanaan berupa pengimplemantasian berbagai rencana yang ada. Pada bagian ini berdasarkan hasil penelitian ternyata jalan rabat baru mencapai 50 % dari rencana semula. Awalnya direncanakan 4 km, ternyata dalam setahun baru mencapai 2 km. Berkaitan dengan pembuatan MCK tambahan baru sampai pada tersedianya material, sementara dana pelaksanaannya belum turun. Pada kasus renovasi rumah adat juga sama materialnya sudah tersedia hanya biaya pengerjaannya belum ada. Keempat, aspek pengawasan pada bagian perencanaan dan pengorganisasian berjalan dengan baik, sementara pada aspek pelaksanaan terkendala oleh tidak diturunkannya dana pelaksaanaan kegiatan sementara material sudah tersedia. Pihak pengelola selalu berkoordinasi dan berusaha agar mendapatkan dana sumbangan dari berbagai sektor.

This study is titled The Governance of Wae Rebo Tourism by the Wae Rebo Cultural Preservation Institution in Satar Lenda Village, West Satar Mese District, Manggarai Regency. To explain the main issue in the title, a governance theory was developed with a focus on the Wae Rebo Cultural Preservation Institution in Satar Lenda Village, West Satar Mese District, Manggarai Regency, based on the aspects of planning, organizing, actuating, and controlling. The research method used is a qualitative descriptive method, with data collection techniques including interviews, observations, and documentation. The study results indicate that the governance of Wae Rebo tourism by the Wae Rebo Cultural Preservation Institution has been implemented quite effectively in terms of planning, organizing, actuating, and controlling. This can be seen in several aspects. First, the planning aspect involves continuing the construction of paved roads, adding sanitation facilities, and renovating existing traditional houses. In this aspect, various work plans and proposed budgets have been established and are ready to be executed. Second, the organizing aspect includes the formation of an organizational structure, consisting of a chairman, vice-chairman, treasurer, and supporting divisions to facilitate the organization’s operations, which has been well-structured and is ready to function. Third, the actuating aspect refers to the implementation of the planned activities. The research findings show that the paved road construction has only reached 50% of the initial plan. Initially planned for 4 km, only 2 km was completed within a year. The construction of additional sanitation facilities has only progressed to the availability of materials, while the implementation funds have not yet been disbursed. Similarly, for the renovation of traditional houses, materials are available, but the funds for the work are still lacking. Fourth, the controlling aspect is well-managed in terms of planning and organizing. However, the implementation is hindered by the lack of disbursed funds, despite the availability of materials. The management continuously coordinates and seeks funding support from various sectors.

Unduhan

Diterbitkan

2025-08-30