PERAN PSIKOLOGI ARSITEKTUR PADA PERANCANGAN PUSAT OLEH-OLEH DALAM PELESTARIAN BUDAYA DI IKN
Kata Kunci:
Psikologi Arsitektur, Pelestarian Budaya, IKN, GlobalisasiAbstrak
Salah satu keilmuan yang kompleks yaitu arsitek selalu punya keterkaitan dengan keilmuan yang lain agar bisa menciptakan hal baik dan berguna untuk manusia. Bersamaan dengan ilmu psikologi, arsitektur mampu menciptakan sebuah karya yang sangat berguna. Dengan isu globalisasi di Ibu Kota Negara yang akan terjadi dengan berbagai ancaman negatif nya yaitu punahnya budaya lokal Indonesia yang sangat beragam ini. Menciptakan sebuah bangunan adalah salah satu cara untuk bisa mencegah hal tersebut terjadi. Dengan metode penelitian literatur ditemukan berbagai fakta bahwa hal tersebut memang bisa terjadi. Kombinasi psikologi arsitektur dapat mengarahkan jawaban agara pelestarian budaya dapat terjaga, yaitu dengan bangunan Pusat Oleh-oleh. Pusat oleh-oleh ini tidak hanya sekedar pusat oleh-oleh biasa yang ada karena sudah harusnya ada karena penunjang perekonomian namun diciptakan dengan aspek-aspek tambahan yang baru sehingga dapat menciptakan pembeda, dengan tujuan mengatasi globalisasi di Ibu Kota Negara dan resiko punahnya budaya. Hal ini ada karena tingkat resiko yang tinggi dengan ditemukannya oleh peneliti di awal pindahnya dan penempatan di daerah yang masih kental dengan budaya nya yaitu di kalimantan timur.
One of the complex sciences, namely architecture, always has a relationship with other sciences in order to create good and useful things for humans. Together with psychology, architecture is able to create a very useful work. With the issue of globalization in the Capital City of the Nation which will occur with various negative threats, namely the extinction of the very diverse local culture of Indonesia. Creating a building is one way to prevent this from happening. With the literature research method, various facts were found that this could indeed happen. The combination of architectural psychology can direct the answer so that cultural preservation can be maintained, namely by building a Souvenir Center. This souvenir center is not just an ordinary souvenir center that exists because it should exist because it supports the economy but is created with new additional aspects so that it can create a difference, with the aim of overcoming globalization in the Capital City of the Nation and the risk of cultural extinction. This is because of the high level of risk found by researchers at the beginning of their move and placement in an area that is still thick with its culture, namely in East Kalimantan.