MULTIKULTURALISME BUDAYA KALANG OBONG SEBAGAI SIMBOL TOLERANSI DALAM FESTIVAL PITUTURAN KAB. KENDAL

Penulis

  • Naufal Rusydi Universitas Islam Negeri Walisongo

Kata Kunci:

Kalang Obong, Multikulturalisme, Toleransi, Festival Pituturan, Tradisi Lokal

Abstrak

Festival Pituturan di Kabupaten Kendal menjadi momentum penting dalam memperkenalkan dan melestarikan budaya lokal, salah satunya adalah tradisi Kalang Obong. Pemberian nama Pituturan sendiri diambil dari kata dalam Bahasa Jawa ‘pitu’ yang bermakna tujuh, ‘tur’ yaitu keliling dan kata ‘pitutur’ yang memiliki arti nasehat. Tradisi ini merupakan simbol multikulturalisme yang merepresentasikan nilai-nilai toleransi antarbudaya dan kepercayaan di masyarakat. Kalang Obong melibatkan berbagai elemen masyarakat yang berasal dari latar belakang agama, suku, dan tradisi yang berbeda, menjadikannya sebuah ritual yang inklusif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran tradisi Kalang Obong dalam membangun harmoni sosial serta memperkuat identitas budaya lokal dalam kerangka multikulturalisme. Metode yang digunakan adalah kualitatif-deskriptif dengan pendekatan etnografi, melalui observasi partisipatif dan wawancara mendalam dengan tokoh adat, pemerintah lokal, dan peserta festival. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kalang Obong tidak hanya berfungsi sebagai ekspresi spiritual, tetapi juga sebagai sarana dialog antarbudaya yang efektif dalam menciptakan kohesi sosial. Festival Pituturan, dengan tradisi Kalang Obong sebagai daya tarik utama, berhasil menguatkan pesan toleransi dan keberagaman di tengah tantangan modernisasi. Temuan ini mempertegas pentingnya pelestarian tradisi sebagai media edukasi multikultural bagi generasi muda.

The Pituturan Festival in Kendal Regency serves as a significant momentum to introduce and preserve local culture, one of which is the Kalang Obong tradition. The name "Pituturan" is derived from the Javanese words pitu meaning "seven," tur meaning "to circle," and pitutur, which translates to "advice." This tradition symbolizes multiculturalism, representing values of tolerance between cultures and beliefs within the community. Kalang Obong involves various community elements from different religious, ethnic, and traditional backgrounds, making it an inclusive ritual. This study aims to analyze the role of the Kalang Obong tradition in fostering social harmony and strengthening local cultural identity within the framework of multiculturalism. The research employs a qualitative-descriptive method with an ethnographic approach, utilizing participatory observation and in-depth interviews with cultural leaders, local government officials, and festival participants. The findings reveal that Kalang Obong functions not only as a spiritual expression but also as an effective medium for intercultural dialogue, fostering social cohesion. The Pituturan Festival, with Kalang Obong as its main attraction, successfully reinforces messages of tolerance and diversity amid the challenges of modernization. These findings underscore the importance of preserving traditions as a means of multicultural education for younger generations.

Unduhan

Diterbitkan

2024-12-30