https://oaj.jurnalhst.com/index.php/jipsi/issue/feedJurnal Ilmiah Psikologi Insani2024-12-30T20:58:37+00:00Open Journal Systemshttps://oaj.jurnalhst.com/index.php/jipsi/article/view/7362DAMPAK POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KESEHATAN MENTAL REMAJA DI SMA 2 PERCUT2024-12-14T02:24:05+00:00Andini Eka Puteriandiniekaputeri293@gmail.comDiannisa Nur Fitriani Br Peranginanginnurfitrianidiannisa@gmail.comLoeisti Florencia Br Purbaflorencialoeisti@gmail.comMuhammad Yusro Alasa'ariyussro798@gmail.comRa'uf Ramadhanrauframadhan443@gmail.com<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi kesehatan mental remaja di SMA 2 Percut Sei Tuan. Metode digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan pendekatan deskriptif. Penelitian ini di lakukan di SMA 2 Percut, Kec. Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara. Subjek penelitian ini yaitu siswa dan siswi kelas 11 E di SMA 2 Percut Sei Tuan. Total sampling pada penelitian yaitu 30 orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan angket (koesioner). Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu teknik deskriptif dengan menggunakan rumus skala likert. Hasil pembahasan mendapatkan distribusi frekuensi responden dengan pola asuh otoriter berdasarkan 17 orang (56.7%) dan responden dengan pola asuh permisif berjumlah 13 orang (43.3%). Hal tersebut menunjukkan bahwa, sebagian besar pola asuh yang diterapkan oleh orang tua adalah pola asuh otoriter. Pola asuh ini sangat berdampak pada masalah mental emosional remaja yaitu rata-rata berada pada kategori borderlain.</p>2024-12-30T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Ilmiah Psikologi Insanihttps://oaj.jurnalhst.com/index.php/jipsi/article/view/7317STRATEGI INTERVENSI DALAM MENGATASI GANGGUAN PERILAKU ANAK TUNALARAS DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN2024-12-13T06:31:57+00:00Yeni Maritoyenimarito@unimed.ac.idNazli Aisyah Khoiraninazliaisyah798@gmail.comSayla Shabina Begumsaylashabina3@gmail.comAlya Akhraja Lailaalyaakhraja1234@gmail.comMuhammad Yusro Alasa'ariyussro798@gmail.comRibka Estetica Sitepuribkasitepu05@gmail.comSri Anita Padangsrianitap10@gmail.com<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi strategi intervensi dalam mengatasi gangguan perilaku anak tunalaras berdasarkan studi literatur yang relevan. Anak tunalaras sering menghadapi kesulitan dalam mengekspresikan emosi, mengikuti aturan, dan berinteraksi secara sosial, yang memengaruhi perkembangan akademik dan sosial mereka. Dengan pendekatan kualitatif berbasis studi literatur, penelitian ini menganalisis berbagai teori, metode, dan praktik intervensi dari jurnal, buku, dan laporan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi berbasis penguatan positif, konseling individual, dan pelatihan keterampilan sosial memberikan hasil yang efektif. Selain itu, dukungan lingkungan sekolah yang inklusif menjadi faktor penting dalam keberhasilan intervensi. Penelitian ini menyarankan penerapan pendekatan holistik yang melibatkan guru, orang tua, dan tenaga ahli untuk menciptakan intervensi yang berkelanjutan.</p> <p><em>This study aims to explore intervention strategies for addressing behavioral disorders in children with emotional and behavioral difficulties based on relevant literature. These children often face challenges in expressing emotions, following rules, and social interaction, impacting their academic and social development. Using a qualitative literature-based approach, this research analyzes various theories, methods, and intervention practices from journals, books, and research reports. The findings indicate that positive reinforcement-based strategies, individual counseling, and social skills training yield effective results. Additionally, inclusive school environment support is crucial for intervention success. This study recommends a holistic approach involving teachers, parents, and experts to create sustainable interventions.</em></p>2024-12-30T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Ilmiah Psikologi Insanihttps://oaj.jurnalhst.com/index.php/jipsi/article/view/7717PERAN ASESMEN PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN: IMPLEMENTASI DARI PAUD HINGGA SMA2024-12-20T07:50:00+00:00Sri Noviantisrinovianti112@guru.paud.belajar.idVivik Shofiahvivik.shofiah@uin-suska.ac.idYuliana Intan Lestari anayuliana.psikologi@uin-suska.ac.id<p>Peran asesmen psikologi dalam pendidikan memiliki kontribusi penting dalam memahami karakteristik, kebutuhan, dan potensi peserta didik dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Asesmen psikologi tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk mengukur aspek kognitif, tetapi juga untuk memulai perkembangan emosional, sosial, dan perilaku anak. Implementasi asesmen ini memungkinkan para pendidik dan psikolog untuk memberikan intervensi yang tepat guna mendukung proses pembelajaran yang optimal dan sesuai dengan tahap perkembangan masing-masing individu. Pada tingkat PAUD, asesmen psikologi membantu identifikasi keterlambatan perkembangan atau masalah perilaku yang mungkin mempengaruhi kemampuan anak untuk belajar. Di jenjang pendidikan dasar dan menengah, asesmen ini berfungsi untuk mengukur kemampuan akademik, gaya belajar, serta potensi non-akademik seperti minat dan bakat. Selain itu, asesmen psikologi juga digunakan untuk mendeteksi gangguan belajar atau masalah emosional yang mungkin menghambat pencapaian akademik. Dengan asesmen yang tepat dan terstruktur, pendidikan dapat dipersonalisasi sehingga kebutuhan individu anak lebih terpenuhi. Ini juga berperan penting dalam pembuatan kebijakan pendidikan yang inklusif dan berpusat pada peserta didik. Oleh karena itu, penerapan asesmen psikologi secara berkelanjutan di seluruh jenjang pendidikan dapat membantu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan holistik peserta didik.</p>2024-12-30T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Ilmiah Psikologi Insanihttps://oaj.jurnalhst.com/index.php/jipsi/article/view/7050INOVASI GENDIS SEWU SEBAGAI PROGRAM PENINGKATAN AKSELERASI TINGKAT GEMAR MEMBACA DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA2024-12-09T11:40:58+00:00Virajala Astessamudra Jelita Rahim astessamudra@gmail.comAmal Taufiqamaltaufiq70@gmail.com<p>Di era informasi yang serba cepat, literasi menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan zaman. Kota Surabaya, sebagai metropolis di Indonesia, telah mengambil langkah strategis untuk meningkatkan literasi warganya melalui program inovatif Gerakan Mendongeng dan Menulis Seribu (Gendis Sewu). Program ini, yang diinisiasi oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya, bertujuan untuk membangkitkan minat baca dan menumbuhkan keterampilan literasi dengan mengintegrasikan kegiatan mendongeng dan menulis. Dengan rata-rata waktu membaca 3 jam per hari, warga Surabaya menunjukkan komitmen yang kuat terhadap literasi. Inisiatif ini tidak hanya menanggapi fenomena permasalahan literasi tetapi juga berfungsi sebagai strategi persuasif dalam memajukan budaya baca di tengah masyarakat. Gendis Sewu merupakan contoh nyata dari upaya pemerintah kota dalam mengatasi tantangan literasi, dengan mengedepankan pembacaan sebagai aktivitas yang aktif, kreatif, dan inovatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus untuk menggali fenomena tertentu melalui observasi dan interaksi langsung. Melalui metode observasi, wawancara, dan analisis teks, penelitian ini bertujuan untuk membangun gambaran deskriptif dan naratif dari kejadian yang diteliti. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan yang luas mengenai pelaksanaan program inovasi Gendis Sewu di Kota Surabaya, juga dapat memberikan motivasi bagi masyarakat dari berbagai kalangan untuk terus meningkatkan kegemaran membaca guna untuk meningkatkan angka literasi di Kota Surabaya.</p> <p><em>In the era of fast-paced information, literacy is the main key in facing the challenges of the times. The city of Surabaya, as a metropolis in Indonesia, has taken strategic steps to increase the literacy of its citizens through the innovative Thousand Storytelling and Writing Movement (Gendis Sewu) program. This program, which was initiated by the Surabaya City Library and Archives Service, aims to arouse interest in reading and foster literacy skills by integrating storytelling and writing activities. With an average reading time of 3 hours per day, Surabaya residents show a strong commitment to literacy. This initiative not only responds to the phenomenon of literacy problems but also functions as a persuasive strategy in advancing reading culture in society. Gendis Sewu is a clear example of the city government's efforts to overcome literacy challenges, by prioritizing reading as an active, creative, and innovative activity. This research uses a qualitative approach with a case study method to explore certain phenomena through direct observation and interaction. Through observation, interviews and text analysis methods, this research aims to build a descriptive and narrative picture of the events under study. It is hoped that this research can provide broad insight into the implementation of the Gendis Sewu innovation program in the City of Surabaya, and can also provide motivation for people from various circles to continue to increase their love of reading in order to increase literacy rates in the City of Surabaya.</em></p>2024-12-30T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Ilmiah Psikologi Insanihttps://oaj.jurnalhst.com/index.php/jipsi/article/view/7510PENGARUH SELF-COMPASSION TERHADAP TINGKAT STRES SISWA TARUNA SEMI MILITER 2024-12-16T12:43:37+00:00Daniel Sihombingdaniel.705210373@stu.untar.ac.idLinda Watilindaw@fpsi.untar.ac.id<p>Fenomena sekolah menengah atas (SMA) berasrama dengan sistem semi-militer di Indonesia semakin berkembang. Salah satu contoh adalah SMA "X" di Sumatera Utara. Sekolah ini memiliki siswa taruna yang menjalani pendidikan dengan pelatihan kedisiplinan militer yang ketat, tuntutan fisik yang berat, dan kehidupan terstruktur dalam lingkungan asrama. Meskipun tujuan dari sistem ini adalah untuk mencetak calon prajurit TNI atau Polisi dengan karakter disiplin, sistem pendidikan ini juga memicu berbagai tantangan psikologis, seperti stres, kecemasan, dan depresi pada siswa. Salah satu faktor internal yang dapat memengaruhi tingkat stres adalah self-compassion. Self-compassion adalah sikap untuk memperlakukan diri sendiri dengan kebaikan dan pemahaman saat menghadapi kesulitan atau kegagalan. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh self-compassion terhadap tingkat stres remaja yang tinggal di asrama dengan sistem pendidikan semi-militer. Alat ukur yang digunakan adalah Self Compassion Scale dan Perceived Stress Scale. Penelitian ini merupakan penelitian regresi yang melibatkan seluruh siswa kelas sepuluh dan sebelas. Hasil analisis pada tingkat signifikansi 0.05 (5%) menunjukkan bahwa self-compassion memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap tingkat stres siswa, dengan pengaruh sebesar 37,2%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat self-compassion pada, maka semakin rendah tingkat stres yang dialami siswa. Sebaliknya semakin rendah self-compassion, semakin tinggi pula stres yang dialami siswa. Dari 285 siswa yang menjadi partisipan, ditemukan 29 siswa dengan tingkat stres rendah, 229 siswa tingkat stres sedang, dan 27 siswa dengan tingkat stres tinggi. Penelitian ini membuktikan pentingnya self-compassion dalam mengurangi tingkat stres pada siswa yang tinggal dan menjalani pendidikan di sekolah semi-militer. Penelitian ini diharapkan membuka peluang untuk intervensi berbasis self-compassion sebagai strategi untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis siswa di lingkungan pendidikan yang penuh tekanan ini.</p>2024-12-30T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Ilmiah Psikologi Insanihttps://oaj.jurnalhst.com/index.php/jipsi/article/view/7363PERAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN DI SEKOLAH2024-12-14T02:42:02+00:00Ani Marliaanimarlia_uin@radenfatah.ac.idRicha Meta Nozarinarichamtnzrn@gmail.comAulia Rahmaniaauliarahmania0@gmail.comNabela Febrianinabelafebriani34@gmail.comRevina Indrianirevinaindriani452@gmail.comUswatun Hasanahuswatunhasana362@gmail.com<p>Pembentukan karakter anak merupakan hasil interaksi antara lingkungan keluarga dan sekolah. Dalam era globalisasi saat ini, peran orang tua sangat penting dalam tumbuh kembangnya anak di sekolah dalam mengikuti proses pembelajaran. Orang tua dan guru bisa bekerja sama untuk memberikan saran ataupun masukan terkait perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana peran orang tua dalam membangun karakter anak dan berinteraksi dalam proses pembelajaran di sekolah. Penelitian ini melibatkan wawancara langsung dengan guru dan peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perubahan karakter anak yang menyebabkan oleh beberapa faktor yang terjadi, seperti keluarga, lingkungan, teman, dan teknologi yang mempengaruhinya. Untuk itu diharapkannya kolaborasi antara orang tua dan guru dalam menanamkan nilai-nilai karakter anak. Hal ini sangat penting dilakukan untuk perkembangan anak ke depan dalam masa pendidikannya yang akan menjadikan anak memiliki akhlak, etika dan moral yang baik.</p> <p><em>The formation of a child’s character is the result of interactions between the family and school environment. In the current era of globalization, the role of parents is very important in the growth and development of children at school in following the learning process. Parents and teachers can work together to provide suggestions or input regarding children’s development. This research aims to analyze the role of parents in building children’s character and interacting in the learning process at school. This research involves direct interviews with teachers and students. The result of the research show that changes in children’s character are caused by several factors, such as family, environment, friends, and technology that influence them. For this reason, i tis hoped that collaboration between parents and teachers will instill character values in children. This is very important for the child’s future development during their education which will maket he child have good morals and ethics. </em></p>2024-12-30T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Ilmiah Psikologi Insanihttps://oaj.jurnalhst.com/index.php/jipsi/article/view/7338TEORI DAN PRAKTIK KONSELING FEMINIS: TINJAUAN LITERATUR2024-12-13T10:03:08+00:00M. Syafi'imsyafii.20063@mhs.unesa.ac.idBakhrudin All Habsybakhrudinhabsy@unesa.ac.id<p><em>Feminist counseling is a psychotherapeutic approach that focuses on understanding gender issues and social injustice in improving the well-being of individuals, especially women. This approach emerged as a response to women's needs that are often overlooked in traditional counseling. In feminist counseling, behavioral differences between men and women are seen as a result of the process of socialization and interaction with the environment, not as an innate trait. Some of the techniques used in feminist counseling include open dialogue, self-reflection, gender education, client empowerment, gender role deconstruction, social advocacy, and the use of narrative. While feminist counseling has its advantages, such as client empowerment and sensitivity to social issues, it also faces disadvantages, such as a lack of flexibility in the context of certain issues and the risk of being perceived as too political. Overall, feminist counseling plays an important role in promoting gender equality and supporting individual development in the face of existing social challenges.</em></p>2024-12-30T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Ilmiah Psikologi Insanihttps://oaj.jurnalhst.com/index.php/jipsi/article/view/7726HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA GEN-Z2024-12-20T09:45:08+00:00Indah Dwi Cahya Izzatidwitanjungcha@gmail.com<p>Penyesuaian diri merupakan salah satu tugas perkembang yang akan dan harus dilakukan oleh setiap individu. Proses penyesuaian diri setiap individu tentunya berbeda-beda, banyak faktor yang dapat mempengaruhi prosses penyesuaian diri individu, baik faktor internal ataupun eksternal. Jumlah subjek dalam ini sebanyak 111 remaja di Bandar Lampung. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu teknik korelasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan kematangan emosi dengan penyesuaian diri pada gen-z. Analisis data dilakukan dan memperoleh hasil bahwa hipotesis diterima, terdapat hubungan signifikan yang positif antara penyesuaian diri dengan kematangan emosi pada gen-z.</p>2024-12-30T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Ilmiah Psikologi Insanihttps://oaj.jurnalhst.com/index.php/jipsi/article/view/7071PENERAPAN PANCASILA DALAM BIMBINGAN KONSELING ISLAM DI LINGKUNGAN SEKOLAH MA2024-12-10T02:20:46+00:00Yaqup Aifattonifirmansyahali831@gmail.comCharis Risqi Pradanarizqicharis@gmail.com<p>Jurnal ini menyelidiki dampak pengajaran dan Penerapan Pancasila dalam bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan untuk mengembangkan karakter siswa sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, seperti toleransi, gotong royong, dan keadilan sosial. Bimbingan dan konseling berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa beradaptasi dengan lingkungan, memahami tantangan sosial, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan yang efektif, program ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan kondusif.</p> <p><em>This journal investigates the impact of teaching and Application of Pancasila in guidance and counseling in schools aims to develop students' characters in accordance with Pancasila values, such as tolerance, gotong royong, and social justice. Guidance and counseling acts as a facilitator that helps students adapt to the environment, understand social challenges, and apply Pancasila values in daily life. With an effective approach, the program is expected to create an inclusive and conducive learning environment.</em></p>2024-12-30T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Ilmiah Psikologi Insanihttps://oaj.jurnalhst.com/index.php/jipsi/article/view/7534DAMPAK PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP PERASAAN KESEPIAN YANG DIALAMI OLEH REMAJA PEREMPUAN2024-12-17T05:39:00+00:00Meira Annisameira.70521221@stu.untar.ac.idLinda Watilindaw@fpsi.untar.ac.id<p>Perceraian merupakan fenomena sosial yang masih banyak terjadi di kalangan masyarakat modern, dengan dampak psikologis yang signifikan terutama bagi individu yang terlibat, termasuk anak. Perceraian tersebut dapat berdampak kepada sisi psikologis anak, yaitu depresi, kecemasan dan menjadi pemicu rasa kesepian. Bruno (2000) mengartikan kesepian sebagai suatu keadaan mental dan emosional yang dicirikan dengan rasa terasing atau kurangnya hubungan yang bermakna dengan orang lain. Penelitian ini memiliki tujuan untuk memberi gambaran kesepian yang dialami remaja perempuan dengan orang tua bercerai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan wawancara semi terstruktur. Penelitian ini melibatkan 4 partisipan remaja perempuan berusia 18-21 tahun, dengan usia perceraian orang tua ≤ 5 tahun, setelah orang tua bercerai hanya tinggal dengan salah satu orang tua, memiliki saudara laki-laki atau perempuan, cenderung menghabiskan waktu sendiri setelah orang tua bercerai dan sulit untuk membuka diri kepada orang lain setelah orang tua bercerai. Hasil penelitian memberikan kesimpulan bahwa partisipan telah memenuhi aspek kesepian teori Bruno pada bagian isolasi, malas membuka diri dan rasa gelisah, sedangkan aspek yang tidak terpenuhi oleh partisipan adalah penolakan, keterasingan, disalah mengerti, tidak dicintai dan rasa bosan.</p>2024-12-30T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Ilmiah Psikologi Insanihttps://oaj.jurnalhst.com/index.php/jipsi/article/view/7480PANDANGAN FILOSOFIS REALISM YANG MENJADI DASAR PRAKSIS BIMBINGAN DAN KONSELING2024-12-16T05:49:38+00:00M. Syafi'imsyafii.20063@mhs.unesa.ac.idUlfa Madina Fitrayaniulfamadina301@gmail.comMochamad Nur Salimmochamadnursalim1968@gmail.comWiryo Nuryonowiryonuryono@unesa.ac.id<p>Artikel ini membahas perspektif filosofis realisme yang menjadi landasan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Realisme, sebagai salah satu cabang filsafat, menyatakan bahwa realitas objektif eksis secara independen dari persepsi manusia. Dalam ranah pendidikan, realisme menyediakan dasar untuk memahami dunia secara faktual dan logis. Pendekatan ini menekankan pentingnya penerapan metode berbasis bukti untuk mendukung peserta didik dalam menghadapi tantangan kehidupan secara konkret dan terarah. Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan pengertian serta landasan filosofis realisme dalam pendidikan, sekaligus implikasinya terhadap praktik bimbingan dan konseling. Selain itu, keunggulan dan keterbatasan pendekatan ini juga diulas untuk memberikan gambaran yang komprehensif. Hasil kajian menunjukkan bahwa realisme menawarkan metode yang efektif untuk memahami realitas dan mengembangkan keterampilan adaptasi serta pemecahan masalah peserta didik. Namun, pendekatan ini memiliki kelemahan dalam menangani kasus yang memerlukan perhatian lebih pada aspek emosional dan latar belakang sosial budaya yang kompleks.</p> <p><em>This article discusses the philosophical perspective of realism as the basis for implementing guidance and counseling. Realism, as a branch of philosophy, states that objective reality exists independently of human perception. In the realm of education, realism provides a basis for understanding the world factually and logically. This approach emphasizes the importance of applying evidence-based methods to support students in facing life's challenges in a concrete and directed manner. This paper aims to describe the understanding and philosophical basis of realism in education, as well as its implications for guidance and counseling practices. In addition, the advantages and limitations of this approach are also reviewed to provide a comprehensive picture. The results of the study indicate that realism offers an effective method for understanding reality and developing students' adaptation and problem-solving skills. However, this approach has weaknesses in handling cases that require more attention to emotional aspects and complex socio-cultural backgrounds. </em></p>2024-12-30T00:00:00+00:00Hak Cipta (c) 2024 Jurnal Ilmiah Psikologi Insani