HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN STATUS PERNIKAHAN DENGAN INDIKASI MASALAH KESEHATAN JIWA PADA PEGAWAI PEMERINTAH KOTA DEPOK TAHUN 2025

Penulis

  • Suryaningsih Universitas Indonesia
  • Pujiyanto Universitas Indonesia

Kata Kunci:

Gangguan Mental, Kesehatan Jiwa, PHQ2, GAD7, Skrining

Abstrak

Latar Belakang: Gangguan mental seperti depresi dan kecemasan berdampak pada produktivitas serta kualitas hidup pegawai, termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN). Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kondisi kesehatan jiwa dan faktor terkait pada ASN dengan desain potong lintang. Data dikumpulkan dari 1.441 ASN di Kota Depok (Januari–Februari 2025) menggunakan kuesioner PHQ-2 dan GAD-7 secara daring. Sebanyak 127 dari 1.401 responden (9,1%) terindikasi memiliki masalah kesehatan jiwa. Analisis bivariat menunjukkan hubungan signifikan antara jenis kelamin (p=0,032) dan status pernikahan (p=0,001) dengan kondisi kesehatan jiwa, di mana perempuan dan yang pernah/sedang menikah lebih berisiko. Studi ini menekankan pentingnya skrining dini dengan instrumen valid seperti PHQ-2 dan GAD-7. Keunikan studi terletak pada fokus populasi ASN tingkat kota. Rekomendasi meliputi kebijakan yang mendukung kesehatan mental, pelatihan rutin, dan peningkatan akses layanan psikologis. Solusi Masalah: Skrining dini menggunakan instrumen PHQ-2 dan GAD-7 sangat diperlukan untuk mengidentifikasi gejala awal depresi dan kecemasan secara cepat dan akurat. Tujuan: untuk mengevaluasi kondisi kesehatan jiwa dan faktor-faktor yang memengaruhinya pada pegawai pemerintah. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional dan dilaksanakan pada ASN di Kota Depok selama Januari hingga Februari 2025. Sebanyak 1.441 responden terpilih secara acak dan mengisi kuesioner PHQ-2 serta GAD-7 melalui Google Form. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil: Sebanyak 127 dari 1.401 responden (9,1%) teridentifikasi memiliki masalah kesehatan jiwa, dengan sebagian besar berasal dari kalangan ASN, sementara 90,9% responden lainnya berada dalam kondisi normal. Simpulan: Terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dan status pernikahan dengan kesehatan jiwa pegawai, di mana perempuan dan pegawai yang sudah/pernah menikah lebih berisiko mengalami gangguan mental. Rekomendasi: Diperlukan upaya mitigasi seperti menciptakan lingkungan kerja yang sehat, mempermudah akses layanan kesehatan mental, serta menyusun kebijakan yang mendukung kesejahteraan psikologis pegawai.

Background: Mental disorders like depression and anxiety impact employee productivity and quality of life, including civil servants. This study aimed to assess mental health status and its associated factors among government employees using a cross-sectional design. Data were collected from 1,441 civil servants in Depok City (January–February 2025) via PHQ-2 and GAD-7 questionnaires. Results showed that 127 of 1,401 respondents (9.1%) had mental health issues. Bivariate analysis indicated significant associations between gender (p=0.032) and marital status (p=0.001) with mental health outcomes, with higher risks found in women and those currently or previously married. The study emphasizes the value of early mental health screening using validated tools. Its novelty lies in examining city-level civil servants, a group rarely studied. Recommendations include implementing supportive policies, promoting mental health training, and improving access to psychological services to enhance employee well-being. Solution: Early screening using the PHQ-2 and GAD-7 instruments is essential to quickly and accurately identify early symptoms of depression and anxiety. Purpose: To evaluate the mental health condition and its associated factors among government employees. Method: This study employed a quantitative approach with a cross-sectional design and was conducted among civil servants in Depok City from January to February 2025. A total of 1,441 respondents were randomly selected and completed the PHQ-2 and GAD-7 questionnaires via Google Form. Data were analyzed using univariate and bivariate analysis with chi-square tests. Results: A total of 127 out of 1,401 respondents (9.1%) were identified as having mental health problems, the majority of whom were civil servants, while the remaining 90.9% were in normal condition. Conclusion: There is a significant association between gender and marital status with employees’ mental health, where women and those who are currently or previously married are at higher risk of experiencing mental disorders. Suggestion: Mitigation efforts are needed, such as creating a healthy work environment, improving access to mental health services, and developing policies that support employees' psychological well-being.

Unduhan

Diterbitkan

2025-05-30