https://oaj.jurnalhst.com/index.php/jka/issue/feed Jurnal Kesehatan Afinitas 2025-05-30T16:45:07+00:00 Open Journal Systems https://oaj.jurnalhst.com/index.php/jka/article/view/10865 PERILAKU MEROKOK DI KALANGAN REMAJA DAN UPAYA EDUKASI KESEHATAN PARU: KAJIAN LITERATUR DI SMP NEGERI 30 MEDAN 2025-05-16T13:33:19+00:00 Irfan Sazali Nasution irfan1100000177@uinsu.ac.id Nadya Aulia nadyaaaulia070605@gmail.com Shelly Medina Tasya 2005shellymedina@gmail.com Cut Nurul Dwi Adinda cutn023@gmail.com Trinanda S trinandasuryadi2004@gmail.com Siti Fadila sitifadila687@gmail.com Nazwa Aulia Ramadhani nazwaaul2410@gmail.com <p>Perilaku merokok di kalangan remaja merupakan tantangan serius dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya di Indonesia. Peningkatan prevalensi perokok usia 10–18 tahun mencerminkan urgensi tindakan preventif yang lebih efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok di kalangan siswa SMP Negeri 30 Medan, serta mengevaluasi efektivitas intervensi edukatif terkait kesehatan paru-paru. Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif melalui observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh teman sebaya, keluarga, media sosial, serta akses yang mudah terhadap rokok menjadi pemicu utama perilaku merokok di usia muda. Edukasi yang diterapkan melalui diskusi interaktif, simulasi, dan pendekatan visual terbukti mampu meningkatkan kesadaran siswa akan bahaya rokok terhadap kesehatan paru. Program ini juga berdampak pada penurunan tingkat perokok serta peningkatan pemahaman siswa terhadap pentingnya menjaga kesehatan pernapasan. Temuan ini menekankan pentingnya peran institusi pendidikan dan keluarga dalam membentuk perilaku hidup sehat di kalangan remaja.</p> <p><em>Smoking behavior among adolescents is a serious challenge in efforts to improve public health, especially in Indonesia. The increasing prevalence of smokers aged 10-18 years reflects the urgency for more effective preventive measures. This study aimed to explore the factors influencing smoking among students of SMP Negeri 30 Medan, and evaluate the effectiveness of educational interventions related to lung health. The method used was a descriptive qualitative approach through observation, questionnaires, and documentation. The results showed that the influence of peers, family, social media, and easy access to cigarettes are the main triggers of smoking behavior at a young age. Education implemented through interactive discussions, simulations, and visual approaches proved to be able to increase students' awareness of the dangers of smoking to lung health. The program also resulted in a decrease in smoking rates and an increase in students' understanding of the importance of maintaining respiratory health. These findings emphasize the important role of educational institutions and families in shaping healthy behaviors among adolescents.</em></p> 2025-05-30T00:00:00+00:00 Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Kesehatan Afinitas https://oaj.jurnalhst.com/index.php/jka/article/view/10957 HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN STATUS PERNIKAHAN DENGAN INDIKASI MASALAH KESEHATAN JIWA PADA PEGAWAI PEMERINTAH KOTA DEPOK TAHUN 2025 2025-05-20T01:27:36+00:00 Suryaningsih suryaningsih21.sn@gmail.com Pujiyanto pujiyanto.fkmui@gmail.com <p>Latar Belakang: Gangguan mental seperti depresi dan kecemasan berdampak pada produktivitas serta kualitas hidup pegawai, termasuk Aparatur Sipil Negara (ASN). Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kondisi kesehatan jiwa dan faktor terkait pada ASN dengan desain potong lintang. Data dikumpulkan dari 1.441 ASN di Kota Depok (Januari–Februari 2025) menggunakan kuesioner PHQ-2 dan GAD-7 secara daring. Sebanyak 127 dari 1.401 responden (9,1%) terindikasi memiliki masalah kesehatan jiwa. Analisis bivariat menunjukkan hubungan signifikan antara jenis kelamin (p=0,032) dan status pernikahan (p=0,001) dengan kondisi kesehatan jiwa, di mana perempuan dan yang pernah/sedang menikah lebih berisiko. Studi ini menekankan pentingnya skrining dini dengan instrumen valid seperti PHQ-2 dan GAD-7. Keunikan studi terletak pada fokus populasi ASN tingkat kota. Rekomendasi meliputi kebijakan yang mendukung kesehatan mental, pelatihan rutin, dan peningkatan akses layanan psikologis. Solusi Masalah: Skrining dini menggunakan instrumen PHQ-2 dan GAD-7 sangat diperlukan untuk mengidentifikasi gejala awal depresi dan kecemasan secara cepat dan akurat. Tujuan: untuk mengevaluasi kondisi kesehatan jiwa dan faktor-faktor yang memengaruhinya pada pegawai pemerintah. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross-sectional dan dilaksanakan pada ASN di Kota Depok selama Januari hingga Februari 2025. Sebanyak 1.441 responden terpilih secara acak dan mengisi kuesioner PHQ-2 serta GAD-7 melalui Google Form. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil: Sebanyak 127 dari 1.401 responden (9,1%) teridentifikasi memiliki masalah kesehatan jiwa, dengan sebagian besar berasal dari kalangan ASN, sementara 90,9% responden lainnya berada dalam kondisi normal. Simpulan: Terdapat hubungan signifikan antara jenis kelamin dan status pernikahan dengan kesehatan jiwa pegawai, di mana perempuan dan pegawai yang sudah/pernah menikah lebih berisiko mengalami gangguan mental. Rekomendasi: Diperlukan upaya mitigasi seperti menciptakan lingkungan kerja yang sehat, mempermudah akses layanan kesehatan mental, serta menyusun kebijakan yang mendukung kesejahteraan psikologis pegawai.</p> <p><em>Background: Mental disorders like depression and anxiety impact employee productivity and quality of life, including civil servants. This study aimed to assess mental health status and its associated factors among government employees using a cross-sectional design. Data were collected from 1,441 civil servants in Depok City (January–February 2025) via PHQ-2 and GAD-7 questionnaires. Results showed that 127 of 1,401 respondents (9.1%) had mental health issues. Bivariate analysis indicated significant associations between gender (p=0.032) and marital status (p=0.001) with mental health outcomes, with higher risks found in women and those currently or previously married. The study emphasizes the value of early mental health screening using validated tools. Its novelty lies in examining city-level civil servants, a group rarely studied. Recommendations include implementing supportive policies, promoting mental health training, and improving access to psychological services to enhance employee well-being. Solution: Early screening using the PHQ-2 and GAD-7 instruments is essential to quickly and accurately identify early symptoms of depression and anxiety. Purpose: To evaluate the mental health condition and its associated factors among government employees. Method: This study employed a quantitative approach with a cross-sectional design and was conducted among civil servants in Depok City from January to February 2025. A total of 1,441 respondents were randomly selected and completed the PHQ-2 and GAD-7 questionnaires via Google Form. Data were analyzed using univariate and bivariate analysis with chi-square tests. Results: A total of 127 out of 1,401 respondents (9.1%) were identified as having mental health problems, the majority of whom were civil servants, while the remaining 90.9% were in normal condition. Conclusion: There is a significant association between gender and marital status with employees’ mental health, where women and those who are currently or previously married are at higher risk of experiencing mental disorders. Suggestion: Mitigation efforts are needed, such as creating a healthy work environment, improving access to mental health services, and developing policies that support employees' psychological well-being.</em></p> 2025-05-30T00:00:00+00:00 Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Kesehatan Afinitas https://oaj.jurnalhst.com/index.php/jka/article/view/10879 MENGENALI DIABETES : KETERKAITAN FAKTOR RISIKO GAYA HIDUP DENGAN MUNCULNYA GEJALA AWAL DIABETES 2025-05-17T08:13:05+00:00 Irfan Sazali irfan1100000177@uinsu.ac.id Yenni Fitriani fitrianiyenni1@gmail.com Raisah Heliani raisaheliani18@gmail.com Firza Audina Sirait firzaaudina2202@gmail.com Sherly Anastasya Gunawan sherlygunawan87@gmail.com Wansyahira wansyahiraaja04062018@gmail.com Nadia Aulia Putri Nasution nn8671098@gmail.com <p>Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik kronis yang sangat dipengaruhi oleh gaya hidup, termasuk pola makan, aktivitas fisik, dan kebiasaan tidak sehat lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengetahuan remaja tentang diabetes serta hubungan antara faktor risiko gaya hidup dan munculnya gejala awal DM. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 4 Medan dengan pendekatan kuantitatif deskriptif, menggunakan observasi langsung dan pre-test terhadap 31 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa memiliki pemahaman yang baik mengenai definisi dan klasifikasi DM, serta faktor risiko seperti obesitas dan merokok. Banyak responden juga dapat mengenali gejala awal diabetes, seperti poliuria, polifagia, dan penurunan berat badan. Intervensi edukatif melalui penyuluhan terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran dan pemahaman remaja tentang pentingnya pencegahan diabetes melalui penerapan gaya hidup sehat. Temuan ini menekankan pentingnya edukasi kesehatan sejak usia seolah untuk mengurangi prevalensi DM di masa mendatang.</p> <p><em>Diabetes Mellitus (DM) is a chronic metabolic disease that is strongly influenced by lifestyle, including diet, physical activity, and other unhealthy habits. This study aimed to evaluate adolescents' knowledge about diabetes as well as the relationship between lifestyle risk factors and the appearance of early symptoms of DM. The study was conducted at SMA Negeri 4 Medan with a descriptive quantitative approach, using direct observation and pre-test of 31 respondents. The results showed that the majority of students had a good understanding of the definition and classification of DM, as well as risk factors such as obesity and smoking. Many respondents could also recognize the early symptoms of diabetes, such as polyuria, polyphagia, and weight loss. Educational interventions through counseling proved effective in increasing adolescents' awareness and understanding of the importance of diabetes prevention through the implementation of a healthy lifestyle. These findings emphasize the importance of health education since school age to reduce the prevalence of DM in the future.</em></p> 2025-05-30T00:00:00+00:00 Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Kesehatan Afinitas https://oaj.jurnalhst.com/index.php/jka/article/view/10490 HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA PASIEN USIA ≥ 15 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CENGKARENG TAHUN 2024 2025-04-30T11:51:25+00:00 Findha Yuliana Ningrum findha.yuliananingrum@gmail.com Elizabeth Yunita Samosir eli_yunita86@yahoo.co.id Sulung Mulia Putra sulungmuliaputra@gmail.com <p>Pendahuluan :Tuberkulosis masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di dunia. Menurut Laporan WHO dalam Global TB Report tahun 2022, saat ini Indonesia berada diperingkat kedua dunia sebagai penyumbang penderita TB terbanyak setelah India, dengan estimasi insiden sebesar 969.000 kasus atau 354 per 100.000 penduduk dan mortalitas 144.000 atau 52 per 100.000 penduduk. Faktor resiko terjadinya tuberkulosis diantaranya faktor lingkungan seperti kepadatan penduduk yang tinggi, kualitas udara yang buruk, keterbatasan akses layanan, penyakit penyerta seperti Diabetes Melitus dan HIV serta Penyakit Penyerta Paru lainnya, Kekurangan nutrisi dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi. Nutrisi yang tidak seimbang atau tidak mencukupi, terutama pada orang dengan sistem imun yang sudah lemah, dapat berkontribusi pada peningkatan risiko terinfeksi TBCPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara IMT dan kejadian TBC pada pasien berusia ≥ 15 Tahun di Wilayah Puskesmas Cengkareng . Metode : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik observasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Cengkareng dengan populasi adalah semua pasien yang tbc yang berobat ke Puskesmas Cengkareng Tahun 2024 sebanyak 878 sampel. Data dikumpulkan dari SITB dan rekam medis pasien tbc yang berobat ke Puskesmas Cengkareng periode 01 Januari 2024 – 31 Desember 2024. Sampel penelitian dipilih secara acak dengan kriteria inklusi pasien TBC berusia ≥15 tahun yang telah menjalani pemeriksaan IMT sedangkan kriteria eksklusi adalah Pasien tbc berusia &lt; 15 tahun yang menjalani pemeriksaam IMT. Hasil :Dari 878 samapel didapatkan laki-laki dengan jumlah 536 orang (61%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 342 orang( 39 %), dan berdasarkan uji spearman didapatkan nilai sebesar 0,000 . Karena nilai Sig. (2 tailed) kurang dari 0.05 (0.000 &lt;0.05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara IMT dengan Tuberkulosis Kesimpulan : ada hubungan antara IMT dengan Tuberkulosis di wilayah Puskesmas Cengkareng</p> 2025-05-30T00:00:00+00:00 Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Kesehatan Afinitas https://oaj.jurnalhst.com/index.php/jka/article/view/11038 PENGARUH INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KEBUGARAN KARDIORESPIRASI KARYAWAN RSUD CIPAYUNG: ANALISIS HASIL ROCKPORT TEST DAN SIX MINUTES WALKING TEST (6MWT) PADA KARYAWAN DENGAN KOMORBIDITAS 2025-05-21T12:11:40+00:00 Syifa Aulia Muthmainnah syifauliamuth@gmail.com Budi Hidayat guest@jurnalhst.com Maryanto guest@jurnalhst.com <p>Latar Belakang: Kebugaran kardiorespirasi merupakan indikator penting dalam menilai kesehatan dan produktivitas tenaga kerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Namun, tingginya angka kelebihan berat badan di kalangan karyawan rumah sakit dapat menjadi hambatan terhadap performa fisik dan risiko kesehatan jangka panjang. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Indeks Massa Tubuh (IMT) terhadap kebugaran kardiorespirasi karyawan RSUD Cipayung, serta mengidentifikasi karakteristik responden yang relevan dalam perencanaan intervensi kebugaran. Metode: Desain penelitian cross-sectional digunakan dengan total sampling pada 236 karyawan. Kesiapan fisik dinilai dengan PAR-Q. Kebugaran kardiorespirasi diukur menggunakan Rockport Test untuk non-komorbiditas dan Six Minutes Walking Test (6MWT) untuk komorbiditas. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial menggunakan uji Mann-Whitney dan Chi-Square (SPSS). Hasil: Tingkat partisipasi mencapai 89,4%. Sebanyak 50% responden memiliki IMT di atas normal (14,8% overweight, 35,2% obesitas). Distribusi kebugaran menunjukkan mayoritas responden berada pada kategori "Kurang" (49,6%) dan "Cukup" (36,4%). Uji Chi-Square menunjukkan hubungan signifikan antara IMT dan kebugaran kardiorespirasi (p = 0,019), meskipun terdapat keterbatasan pada expected count beberapa sel. Temuan ini konsisten dengan literatur yang menunjukkan bahwa IMT tinggi berkorelasi dengan kebugaran kardiorespirasi yang lebih rendah. Kesimpulan: Terdapat hubungan signifikan antara Indeks Massa Tubuh dan kebugaran kardiorespirasi pada karyawan RSUD Cipayung, dengan proporsi tinggi karyawan ber-IMT di atas normal dan tingkat kebugaran yang rendah hingga sedang. Rekomendasi mencakup program intervensi berbasis berat badan dan kebugaran yang disesuaikan dengan status komorbiditas dan tingkat pendidikan karyawan.</p> <p><em>Background: Cardiorespiratory fitness is a crucial indicator for assessing the health and productivity of healthcare workers. However, the high prevalence of overweight and obesity among hospital employees can hinder physical performance and pose long-term health risks. Objective: This study aimed to analyze the influence of Body Mass Index (BMI) on the cardiorespiratory fitness of RSUD Cipayung employees, and to identify relevant respondent characteristics for fitness intervention planning. Methods: A cross-sectional design was utilized with total sampling of 236 employees. Physical readiness was assessed using the PAR-Q. Cardiorespiratory fitness was measured using the Rockport Test for non-comorbid individuals and the Six Minutes Walking Test (6MWT) for those with comorbidities. Data were analyzed descriptively and inferentially using Mann-Whitney and Chi-Square tests (SPSS). Results: The participation rate reached 89.4%. Fifty percent of respondents had an above-normal BMI (14.8% overweight, 35.2% obese). Fitness distribution showed that the majority of respondents were in the "Poor" (49.6%) and "Fair" (36.4%) categories. The Chi-Square test indicated a significant relationship between BMI and cardiorespiratory fitness (p = 0.019), despite limitations in the expected counts of some cells. These findings are consistent with literature suggesting that higher BMI correlates with lower cardiorespiratory fitness. Conclusion: A significant relationship exists between Body Mass Index and cardiorespiratory fitness among RSUD Cipayung employees, with a high proportion of employees having an above-normal BMI and low to moderate fitness levels. Recommendations include implementing weight-management and fitness intervention programs tailored to employees' comorbidity status and educational levels.</em></p> 2025-05-30T00:00:00+00:00 Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Kesehatan Afinitas https://oaj.jurnalhst.com/index.php/jka/article/view/10939 EFEKTIVITAS HEMODIALISIS TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK: KAJIAN LITERATUR 10 TAHUN TERAKHIR 2025-05-19T07:40:49+00:00 Irfan Sazali Nasution irfan1100000177@uinsu.ac.id Khairunnisa niskhairun051@gmail.com Fatimah Az Zahra Lubis rara73341@gmail.com Cynthia Winanda cynthiananda02@gmail.com Anisah Fitri Rahmasari Harahap af4185411@gmail.com Khairani Septia Siregar khairaniseptiasrg@gmail.com Nabila Rizky Syaidina Damanik nabilarizkydmk@gmail.com <p>Penyakit ginjal kronis merupakan kondisi serius yang memerlukan perawatan jangka panjang, salah satunya melalui terapi hemodialisis. Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan cara mengurangi gejala dan komplikasi dari penyakit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak hemodialisis terhadap kualitas hidup pasien yang mengalami penyakit ginjal kronis. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan mengumpulkan dan menganalisis data dari berbagai sumber ilmiah yang relevan, lalu disintesis untuk mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kualitas hidup pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor psikososial seperti dukungan keluarga, kepatuhan terhadap terapi, dan keterampilan perawatan diri memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup pasien. Hemodialisis yang tepat dan konsisten, yang didukung oleh aspek sosial dan psikologis, dapat meningkatkan kesejahteraan fisik dan emosional pasien. Dukungan emosional dari keluarga terbukti membantu mengurangi kecemasan serta depresi yang sering dialami oleh pasien jangka panjang. Selain itu, lamanya waktu hemodialisis dan kemampuan beradaptasi secara psikologis juga memengaruhi hasil kesehatan dan kualitas hidup pasien.</p> <p><em>Chronic kidney disease is a serious condition that requires long-term treatment, one of which is through haemodialysis therapy. This therapy aims to improve patients' quality of life by reducing symptoms and complications of the disease. This study aims to analyse the impact of haemodialysis on the quality of life of patients with chronic kidney disease. The method used was a literature study by collecting and analysing data from various relevant scientific sources, then synthesising it to get a comprehensive picture of the factors that affect the quality of life of patients. The results showed that psychosocial factors such as family support, adherence to therapy, and self-care skills have a significant influence in improving patients' quality of life. Appropriate and consistent haemodialysis, supported by social and psychological aspects, can improve patients' physical and emotional well-being. Emotional support from family has been shown to help reduce the anxiety and depression often experienced by long-term patients. In addition, the length of haemodialysis time and psychological adaptability also affect patients' health outcomes and quality of life.</em></p> 2025-05-30T00:00:00+00:00 Hak Cipta (c) 2025 Jurnal Kesehatan Afinitas