PENGARUH EKONOMI TERHADAP TINGGINYA ANGKA PERCERAIAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN NEGARA
Kata Kunci:
Perceraian, Perspektif Islam, EkonomiAbstrak
Tigginya angka perceraian di Indonesia yang dipicu oleh faktor ekonomi, ditinjau dari perspektif agama Islam, hukum negara, serta dampaknya bagi keluarga dan masyarakat. Permasalahan ekonomi seperti ketidakmampuan suami memberi nafkah, perbedaan penghasilan, dan manajemen keuangan yang buruk menjadi penyebab utama keretakan rumah tangga. Dalam Islam, perceraian diperbolehkan bila suami tidak menunaikan kewajibannya, sementara hukum positif Indonesia melalui UU Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam memberikan dasar legal bagi perceraian karena alasan ekonomi. Dampak perceraian meliputi gangguan psikologis anak, penurunan kesejahteraan keluarga, serta stigma sosial terhadap perempuan. Untuk menekan angka perceraian, solusi yang ditawarkan meliputi pendidikan pra-nikah, pemberdayaan ekonomi keluarga, layanan konseling, dan kebijakan perlindungan sosial. Pendekatan kolaboratif antara institusi keagamaan, hukum, dan sosial menjadi kunci dalam membangun keluarga yang tangguh secara ekonomi dan spiritual.
The high divorce rate in Indonesia is triggered by economic factors, viewed from the perspective of Islam, state law, and its impact on families and society. Economic problems such as the husband's inability to provide for a living, differences in income, and poor financial management are the main causes of household breakdowns. In Islam, divorce is permitted if the husband does not fulfill his obligations, while positive Indonesian law through the Marriage Law and the Compilation of Islamic Law provides a legal basis for divorce for economic reasons. The impacts of divorce include psychological disorders in children, decreased family welfare, and social stigma against women. To reduce the divorce rate, solutions offered include pre-marital education, family economic empowerment, counseling services, and social protection policies. A collaborative approach between religious, legal, and social institutions is key to building families that are economically and spiritually resilient.