TAFSIR INTERTEKSTUAL PERNIKAHAN ZAINAB BINTI JAHSY: SINERGI TRADISI DAN MODERNITAS DALAM MEMAHAMI WAHYU
Kata Kunci:
Pernikahan Zainab Binti Jahsy, Tafsir Intertekstual, Tafsir Tradisional, Tafsir Modern, Gender, Hak PerempuanAbstrak
Pernikahan Zainab binti Jahsy dengan Nabi Muhammad SAW merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam yang memiliki dimensi hukum, sosial, dan budaya yang kompleks. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tafsir intertekstual terhadap pernikahan ini, dengan fokus pada Surah Al-Ahzab ayat 37, yang berkaitan dengan perubahan hukum terkait pernikahan dengan mantan istri anak angkat. Melalui pendekatan tafsir tradisional dan modern, penelitian ini menggali perbedaan dan kesamaan dalam pemahaman terhadap wahyu ini, serta implikasinya terhadap hak perempuan dan dinamika sosial pada masa Nabi Muhammad SAW. Tafsir tradisional, seperti yang dikemukakan oleh Ibnu Katsir, lebih menekankan pada aspek hukum, sementara tafsir modern, terutama yang dikembangkan oleh Amina Wadud, menyoroti isu-isu gender, kebebasan individu, dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam Islam. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sinergi antara tafsir tradisional dan modern membuka ruang untuk pemahaman yang lebih holistik mengenai wahyu tersebut, serta memungkinkan penerapan ajaran Islam yang lebih inklusif dan relevan dalam konteks sosial dan keagamaan masa kini. Dengan mengintegrasikan kedua pendekatan ini, diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai peran perempuan dalam Islam, yang dapat berkontribusi pada pengembangan ajaran Islam yang lebih adil, progresif, dan relevan dengan tantangan zaman.
The marriage of Zainab binti Jahsy to the Prophet Muhammad SAW is an important event in Islamic history that has complex legal, social, and cultural dimensions. This study aims to examine the intertextual interpretation of this marriage, focusing on Surah Al-Ahzab verse 37, which relates to changes in the law regarding marriage with the ex-wife of an adopted son. Through traditional and modern interpretation approaches, this study explores the differences and similarities in the understanding of this revelation, as well as its implications for women's rights and social dynamics during the time of the Prophet Muhammad SAW. Traditional interpretations, such as those put forward by Ibn Kathir, emphasize the legal aspect, while modern interpretations, especially those developed by Amina Wadud, highlight issues of gender, individual freedom, and equality between men and women in Islam. This study concludes that the synergy between traditional and modern interpretations opens up space for a more holistic understanding of the revelation, and allows for the application of Islamic teachings that are more inclusive and relevant in today's social and religious context. By integrating these two approaches, it is hoped that a deeper understanding of the role of women in Islam can be obtained, which can contribute to the development of Islamic teachings that are more just, progressive, and relevant to the challenges of the times.