TAFSIR BI AL-RA’YI ANTARA KEBEBASAN DAN BATASAN TINJAUAN DARI PERSPEKTIF USHUL AL-TAFSIR
Kata Kunci:
Tafsir bi al-ra’yi, Ijtihad, Subjektivitas, Konteks Sosial dan Intelektual, Nilai-Nilai Inti IslamAbstrak
Tafsir bi al-ra’yi adalah metode penafsiran Al-Qur’an yang mengandalkan penalaran independen (ijtihad) untuk memahami makna ayat-ayat suci, dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar Islam. Metode ini telah menjadi bagian penting dalam tradisi intelektual Islam sejak masa awal, meskipun penggunaannya sering menjadi perdebatan karena potensi subjektivitasnya. Dalam era modern tafsir ini mengalami kebangkitan kembali seiring dengan kebutuhan mufassir untuk menjawab isu-isu kontemporer yang tidak secara eksplisit dibahas dalam Al-Qur’an. Para mufasir modern seperti Muhammad Abduh, Sayyid Qutb, dan Amina Wadud menggunakan metode ini untuk menafsirkan ayat-ayat terkait keadilan sosial, kesetaraan gender, dan kemajuan ilmiah,Penelitian menunjukkan bahwa tafsir bi al-ra’yi memberikan fleksibilitas dalam mengaitkan pesan Al-Qur’an dengan konteks sosial dan intelektual masa kini, tanpa mengorbankan nilai-nilai inti Islam Meskipun demikian, terdapat kekhawatiran bahwa penggunaan tafsir bi al-ra’yi yang tidak hati-hati dapat mengarah pada interpretasi yang menyimpang dari ajaran Islam yang otentik. Oleh karena itu, penting bagi para mufasir untuk memiliki pemahaman mendalam tentang ilmu tafsir dan prinsip-prinsip Islam agar dapat menerapkan metode ini secara bertanggung jawab. Studi ini menyimpulkan bahwa, ketika digunakan dengan tepat, tafsir bi al-ra’yi dapat menjadi jembatan antara ajaran Islam klasik dan realitas modern, menjadikan Al-Qur’an lebih relevan dan dapat diakses oleh masyarakat kontemporer Penelitian menunjukkan bahwa tafsir bi al-ra’yi memberikan fleksibilitas dalam mengaitkan pesan Al-Qur’an dengan konteks sosial dan intelektual masa kini, tanpa mengorbankan nilai-nilai inti Islam Studi ini menyimpulkan bahwa, ketika digunakan dengan tepat, tafsir bi al-ra’yi dapat menjadi jembatan antara ajaran Islam klasik dan realitas modern.
Tafsir bi al-ra’yi is a method of interpreting the Qur’an that relies on independent reasoning (ijtihad) to understand the meanings of its verses, while adhering to the fundamental principles of Islam. This approach has been an integral part of Islamic intellectual tradition since its early development, although its application has often been debated due to the potential for subjectivity, In the modern era, tafsir bi al-ra’yi has experienced a resurgence, driven by the need for interpreters to address contemporary issues not explicitly covered in the Qur’an. Modern exegetes such as Muhammad Abduh, Sayyid Qutb, and Amina Wadud have employed this method to interpret verses related to social justice, gender equality, and scientific progress. Research indicates that tafsir bi al-ra’yi offers flexibility in connecting the Qur’an’s message with current social and intellectual contexts, without compromising the core values of Islam. However, there are concerns that careless use of tafsir bi al-ra’yi may lead to interpretations that deviate from authentic Islamic teachings. Therefore, it is crucial for interpreters to possess a deep understanding of the science of exegesis and Islamic principles to apply this method responsibly, The study concludes that, when used appropriately, tafsir bi al-ra’yi can serve as a bridge between classical Islamic teachings and modern realities, making the Qur’an more relevant and accessible to contemporary society.