PEMAHAMAN KETUHANAN DALAM FILSAFAT ISLAM KARYA PEMIKIRAN TOKOH-TOKOH FILSAFAT ISLAM AL-GHAZALI, IBNU SINA, DAN ALFARABI TENTANG KONSEP KETUHANAN
Kata Kunci:
Al-Ghazali, Ibnu Sina, Al-Farabi, ketuhanan, filsafat Islam, teologi Islam, mistisisme, rasionalisme, filsafat YunaniAbstrak
Artikel ini mengeksplorasi konsep ketuhanan dalam karya-karya tiga filsuf besar Islam: AlGhazali, Ibnu Sina, dan Al-Farabi, serta mengidentifikasi persamaan dan perbedaan dalam pendekatan
mereka terhadap konsep ketuhanan. Ketiganya dipengaruhi oleh filsafat Yunani, khususnya Aristoteles
dan Plato, dan menekankan pentingnya akal dalam memahami ketuhanan, meskipun dengan
pendekatan yang berbeda. Al-Ghazali mengutamakan pengalaman mistis dan keimanan, sementara
Ibnu Sina menggunakan pendekatan rasional untuk mengembangkan konsep Tuhan sebagai Wajibul
Wujud. Al-Farabi berusaha menyatukan filsafat dan agama, menekankan bahwa keduanya tidak
bertentangan tetapi saling melengkapi. Artikel ini juga membahas pengaruh latar belakang teologis dan
filosofis masing-masing tokoh terhadap pandangan mereka tentang Tuhan. Al-Ghazali mengkritik
filsafat rasionalis dan mengutamakan wahyu dan pengalaman mistis, Ibnu Sina menggabungkan
filsafat Aristoteles dengan ajaran Islam untuk menjelaskan Tuhan sebagai penyebab pertama, dan AlFarabi melihat Tuhan sebagai akal murni dalam struktur hierarkis alam semesta. Pengaruh ketiga
tokoh ini terhadap tradisi filsafat dan teologi Islam sangat besar. Al-Ghazali memperkuat teologi dan
mistisisme, Ibnu Sina menyatukan filsafat dengan kedokteran dan teologi, dan Al-Farabi merumuskan
gagasan tentang negara ideal. Warisan intelektual mereka telah menerima penerimaan luas, kritik, dan
pengembangan lebih lanjut oleh filsuf dan teolog Muslim selanjutnya. Konsep ketuhanan yang mereka
kembangkan tetap relevan dalam konteks pemikiran Islam kontemporer, berfungsi sebagai jembatan
antara tradisi intelektual Islam dan pemikiran modern.