DETEKSI DINI PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DI SEKOLAH
Kata Kunci:
Bullying, Remaja, Pendidikan, Bimbingan Dan KonselingAbstrak
Masa remaja merupakan fase transisi yang penuh tantangan, di mana individu mulai mencari jati diri, mengalami perubahan fisik dan emosional, serta membangun relasi sosial yang lebih kompleks. Di balik semangat eksplorasi dan pertumbuhan tersebut, banyak remaja justru menghadapi berbagai permasalahan yang dapat menghambat perkembangan mereka. Salah satu permasalahan yang cukup krusial adalah bullying, baik secara fisik, verbal, maupun digital. Bullying pada remaja bukan hanya berdampak pada korban, tetapi juga pada pelaku dan lingkungan sekitarnya. Dampak psikologis seperti kecemasan, depresi, hingga keinginan untuk menyakiti diri sendiri bisa muncul jika tindakan ini tidak segera ditangani. Sayangnya, masih banyak kasus bullying yang luput dari perhatian karena kurangnya deteksi dini terhadap perilaku bermasalah di lingkungan sekolah maupun keluarga. Penelitian ini menggunakan metode studi literatur (library research), yaitu dengan mengkaji berbagai hasil penelitian terdahulu yang relevan melalui buku, jurnal, serta sumber informasi lainnya. Menurut hasil penelitian dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan signifikan kasus bullying pada remaja di Indonesia. Data menunjukkan peningkatan kasus dari 119 kasus (2020) menjadi 241 kasus (2023) serta di tingkat jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 50 % sampai 13,5 % tingkat SMA dan SMK (Karisma et al. 2023). Oleh karena itu, penting bagi orang tua, pendidik, dan masyarakat untuk memiliki kepekaan dalam mengenali tanda-tanda awal perilaku bullying. Deteksi dini memungkinkan intervensi yang tepat, baik melalui pendekatan emosional, konseling, maupun edukasi karakter, sehingga remaja dapat tumbuh dalam lingkungan yang aman dan mendukung. Melalui upaya kolaboratif, permasalahan remaja seperti bullying dapat diminimalisir, menciptakan generasi muda yang lebih sehat secara mental dan sosial.
Adolescence is a challenging transition phase, where individuals begin to find their identity, experience physical and emotional changes, and build more complex social relationships. Behind the spirit of exploration and growth, many teenagers actually face various problems that can hinder their development. One of the most crucial problems is bullying, whether physical, verbal, or digital. Bullying in teenagers not only affects the victim, but also the perpetrator and the surrounding environment. Psychological impacts such as anxiety, depression, and the desire to harm oneself can arise if this action is not handled immediately. Unfortunately, there are still many cases of bullying that go unnoticed due to the lack of early detection of problematic behavior in the school and family environment. This study uses a literature study method (library research), namely by reviewing various relevant previous research results through books, journals, and other sources of information. According to the research results, it can be seen that there has been a significant increase in bullying cases in teenagers in Indonesia. Data shows an increase in cases from 119 cases (2020) to 241 cases (2023) and at the Junior High School (SMP) level of education by 50% to 13.5% of SMA and SMK levels (Karisma et al. 2023). Therefore, it is important for parents, educators, and the community to be sensitive in recognizing the early signs of bullying behavior. Early detection allows for appropriate intervention, either through an emotional approach, counseling, or character education, so that adolescents can grow in a safe and supportive environment. Through collaborative efforts, adolescent problems such as bullying can be minimized, creating a younger generation that is healthier mentally and socially.