ANALISIS SEMIOTIKA FENDINAND DE SAUSSURE TERHADAP UPACARA TEMU MANTEN ADAT JAWA DI DELI SERDANG

Penulis

  • Cici Cahyani Universitas Negeri Medan
  • Elisa Br Lumban Tobing Universitas Negeri Medan
  • Irmawaty Tambunan Universitas Negeri Medan
  • Martuana Peronika Panggabean Universitas Negeri Medan
  • Bintang Nurheni Universitas Negeri Medan

Kata Kunci:

Adat, Pernikahan, Jawa, Pengantin

Abstrak

Pernikahan adat Jawa mempunyai makna filosofis yang unik dan patut untuk diperhatikan ketika
kedua mempelai menikah. Prosesi Uborampe dan Temu Manten di Jawa bukanlah festival tanpa
makna. Prosesi tersebut memiliki makna yang mendalam dan mulia yang hanya sedikit orang yang
mengetahuinya. Penelitian ini ada dua yaitu makna filosofis prosesi acara dan makna filosofis
uborampe yang digunakan dalam acara tersebut. Yang pertama adalah makna filosofis dari
matriks. Asraqal menyambut penguasa baru atau calon raja baru. Perintah Balangan menandakan
bahwa orang tersebut berbicara dengan niat ikhlas. Berjalan di atas kulit telur berarti “melanggar
perawan” untuk melahirkan. Membasuh kaki suami berarti menyucikan diri lahir dan batin serta
membawa nama baik bagi keluarga, tangan disilangkan sebagai simbol ikatan yang kuat.
Menerima sebotol air berarti selalu mengingat Sang Pemberi kehidupan. Mohon restu orang tua
pada saat pelaksanaan shalat sungkem. Dahal Kembul artinya dihargai meski hidup pahit dan
manis. Kacar kucur artinya suami harus mampu memenuhi kebutuhan internal dan eksternal
istrinya. Di sisi lain, makna filosofis Uborampe sama dengan Festival Manten, yakni Gedang Rojo
yang berarti raja. Kembar Mayang memiliki rasa keharmonisan dan keindahan yang muncul dari
kompleksitas kehidupan. Kemunculan kembar Mayang ini memiliki makna yang dalam dan setia.
Bentuk keris tersebut menandakan kemampuan mempelai pria dalam melindungi dirinya dan
keluarganya. Gambar belalang sebagai simbol menghindari munculnya rintangan. Gambar ular
merupakan lambang parasit kehidupan. Bentuk payung merupakan simbol perlindungan dan
perlindungan. Daun beringin melambangkan keteduhan dan kesegaran. Buah di kwade merupakan
simbol kematangan dan kematangan. Cengkir yang ada di depan pintu gerbang rumah menandakan
kedua mempelai sudah siap menaiki kapal dan masuk ke dalam rumah. Melati dipakai oleh calon
pengantin sebagai simbol kesucian dan keperawanan. Dan Sajen membawa simbol "perdamaian"
terhadap siapapun yang mencoba mengganggunya.

Unduhan

Diterbitkan

2024-06-30