LAILATUL QADAR DAN TERAPI BERBASIS SPIRITUALITAS: JALAN MENUJU SELF-TRANSCENDENCE DAN KEDAMAIAN BATIN
Kata Kunci:
Lailatul Qadar, Terapi Spiritual, Self-Transendence, Kedamaian Batin, Makna HidupAbstrak
Lailatul Qadar merupakan malam yang penuh kemuliaan dalam tradisi Islam. Malam ini memiliki dimensi spiritual yang mendalam dan berpotensi menjadi ruang terapi bagi pencarian makna dan ketenangan batin. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji Lailatul Qadar sebagai bentuk terapi berbasis spiritualitas yang mendorong individu menuju self-transendence, yaitu kemampuan melampaui ego demi makna yang lebih tinggi. Melalui pendekatan kualitatif-reflektif, penelitian ini memadukan konsep self-transendence menurut Viktor Frankl dan Abraham Maslow dengan nilai-nilai sufistik dalam Islam, serta pengalaman spiritual individu selama malam Lailatul Qadar. Hasil kajian menunjukkan bahwa malam ini dapat menjadi momentum kontemplatif yang sangat kuat, dimana individu mengalami pelepasan dari beban emosional, rasa takut dan keasingan eksistensial. Melalui ibadah yang intens seperti qiyamullail, dzikir dan munajat terjadi proses penyucian diri dan penguatan hubungan vertikal dengan Tuhan yang memberi dampak positif terhadap kondisi psikologis dan spiritual. Kedamaian batin yang dihasilkan tidak bersifat sementara, melainkan menjadi fondasi untuk pembentukan makna hidup yang lebih mendalam. Dengan demikian, Lailatul Qadar dapat dipahami sebagai jalan spiritual yang menyentuh ranah terapeutik dan membawa manusia pada harmoni batin serta aktualisasi diri sejati.
Lailatul Qadar, the Night of Decree in Islamic tradition, holds profound spiritual dimensions and offers therapeutic potential in the search for meaning and inner peace. This article aims to explore Lailatul Qadar as a form of spirituality-based therapy that encourages individuals toward self-transendence-the ability to rise above the ego in pursuit of a higher purpose. Using a qualitative-reflective approach, this study integrates the concept of self-transendence as proposed by Viktor Frankl and Abraham Maslow with sufi values in Islam, alongside the spiritual experiences of individuals during Lailatul Qadar. The findings show that this sacred night becomes a powerful contemplative moment where individuals experience emotional release, relied from fear, and existential alienation. Through intensive worship such as night prayers (qiyamullail), remembrance (dzikr), and supplication (munajat), a process of inner purification and strengthening of the vertical relationship with God occurs, resulting in positive psychological and spiritual effects. The resulting inner peace is not temporary but serves as a foundation for deeper life meaning. Thus, Lailatul Qadar can be understood as a spiritul path that touches the therapeutic realm, guiding individuals toward inner harmony and true self-actualization.