AKSARA ARAB-MELAYU DI NUSANTARA

Penulis

  • Mulyanisal Putri UIN Ar-Raniry
  • Sri Mawaddah UIN Ar-Raniry

Kata Kunci:

Aksara Melayu, Aksara Jawi, Aksara Nusantara, Sejarah Aksara, Budaya Tulisan, Aksara Tradisional, Literasi Sejarah, Digitalisasi Naskah, Identitas Budaya, Pelestarian Aksara

Abstrak

Aksara Melayu di Nusantara memiliki perjalanan sejarah yang panjang dan kompleks, berkembang seiring dengan peradaban dan interaksi budaya yang terjadi di kawasan ini. Sejak zaman kuno, aksara telah menjadi alat utama dalam komunikasi tertulis, dokumentasi sejarah, dan penyebaran ilmu pengetahuan. Aksara Pallava dan Kawi menjadi salah satu bentuk tulisan yang digunakan pada prasasti-prasasti awal sebelum kemudian berkembang menjadi berbagai sistem aksara lokal. Dengan datangnya Islam, aksara Jawi yang berbasis aksara Arab menjadi dominan dalam naskah-naskah keagamaan, hukum, dan sastra Melayu klasik. Pengaruh aksara Melayu tidak hanya terbatas pada wilayah Nusantara, tetapi juga memperlihatkan keterhubungan dengan dunia internasional melalui perdagangan dan hubungan diplomatik. Seiring dengan kolonialisme dan modernisasi, aksara Latin mulai menggantikan peran aksara tradisional, menyebabkan penurunan penggunaan aksara Jawi dan aksara-aksara lokal lainnya. Namun, di era digital ini, ada upaya pelestarian aksara Melayu melalui pendidikan, penelitian akademik, serta digitalisasi naskah kuno. Artikel ini mengkaji sejarah aksara Melayu, peranannya dalam kehidupan masyarakat Nusantara, serta tantangan dan prospek pelestariannya di masa depan. Kesadaran akan pentingnya aksara Melayu tidak hanya membantu dalam memahami warisan budaya, tetapi juga memperkuat identitas bangsa serta mendorong revitalisasi literasi sejarah dan sastra.

 

The Malay script in Nusantara has undergone a long and complex historical journey, evolving alongside civilization and cultural interactions in the region. Since ancient times, scripts have been crucial for written communication, historical documentation, and knowledge dissemination. Early inscriptions utilized Pallava and Kawi scripts before developing into various local writing systems. With the arrival of Islam, the Jawi script, derived from Arabic script, became predominant in religious, legal, and classical Malay literary manuscripts. The influence of Malay script extends beyond Nusantara, highlighting its international connections through trade and diplomatic relations. However, colonization and modernization led to the Latin script replacing traditional scripts, resulting in a decline in the use of Jawi and Sother local scripts. In the digital era, efforts to preserve the Malay script have been undertaken through education, academic research, and manuscript digitization. This article explores the historical development of the Malay script, its role in Nusantara society, and the challenges and prospects of its preservation. Awareness of the significance of the Malay script not only enhances cultural heritage understanding but also strengthens national identity and encourages the revitalization of historical and literary literacy.

Unduhan

Diterbitkan

2025-05-30