MITOS KECANTIKAN SEBAGAI ALAT KEKUASAAN: ANALISIS NOVEL ‘CANTIK ITU LUKA’ KARYA EKA KURNIAWAN MELALUI PERSPEKTIF NAOMI WOLF
Kata Kunci:
Mitos Kecantikan, Patriarki, Konstruksi Kecantikan, Eka Kurniawan, Cantik Itu LukaAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konstruksi kecantikan perempuan dalam novel Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan melalui pendekatan teori mitos kecantikan yang dikemukakan oleh Naomi Wolf. Dalam novel ini, tokoh utama Dewi Ayu digambarkan sebagai perempuan dengan paras luar biasa cantik, namun justru mengalami berbagai bentuk kekerasan, eksploitasi, dan penindasan karena kecantikannya. Analisis ini menunjukkan bahwa kecantikan dalam narasi tersebut tidak hadir sebagai anugerah, melainkan sebagai alat kontrol patriarki yang menjadikan tubuh perempuan sebagai objek kekuasaan sosial dan budaya. Dengan menggunakan pendekatan studi gender dan teori mitos kecantikan, artikel ini mengungkap bagaimana kecantikan dikonstruksi sebagai standar yang opresif dan membawa luka secara fisik maupun psikis bagi perempuan. Hasil kajian ini menegaskan bahwa Cantik Itu Luka tidak hanya merepresentasikan trauma sejarah bangsa, tetapi juga mengkritik tajam sistem nilai patriarki yang menjadikan kecantikan sebagai alat penaklukan perempuan.
This study aims to analyze the construction of female beauty in Eka Kurniawan’s novel Beauty is a Wound (Cantik Itu Luka) using Naomi Wolf’s theory of the beauty myth. The main character, Dewi Ayu, is portrayed as exceptionally beautiful but suffers various forms of violence, exploitation, and oppression precisely because of her beauty. The analysis reveals that beauty in the narrative is not presented as a blessing but rather as a tool of patriarchal control that turns the female body into an object of social and cultural power. By employing a gender studies approach and the beauty myth theory, this article uncovers how beauty is constructed as an oppressive standard that inflicts both physical and psychological wounds on women. The findings affirm that Beauty is a Wound not only represents the historical trauma of the nation but also delivers a sharp critique of the patriarchal value system that uses beauty as an instrument to subjugate women.