PERSPEKTIF MASYARAKAT TERHADAP PERKEMBANGAN TARI SERAMPANG DUA BELAS DI KECAMATAN KISARAN BARAT KABUPATEN ASAHAN SUMATERA UTARA

Penulis

  • Widya Rahma Yani Institut Seni Indonesia Padangpanjang
  • Hardi Institut Seni Indonesia Padangpanjang
  • Yesriva Nursyam Institut Seni Indonesia Padangpanjang
  • Sri Meiweni Basra Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Kata Kunci:

Tari Serampang Dua Belas, Perspektif Masyarakat, Pelestarian Budaya, Kisaran Barat, Asahan

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perspektif masyarakat terhadap perkembangan Tari Serampang Dua Belas di wilayah Kisaran Barat, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Kisaran Barat memiliki pandangan yang positif dan negatif terhadap perkembangan Tari Serampang Dua Belas. Pandangan positif ini dilihat dari tarian yang masih terus berjalan walaupun yang menarikan tarian ini hanya sepasang perempuan. Pandangan negatif akan terjadi perubahan esensi terhadap tari Serampang Dua Belas apabila terus ditarikan oleh sepasang perempuan. Tari Serampang Dua Belas menceritakan kisah cinta sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta, namun saat ini tariannya hanya ditarikan oleh sepasang perempuan, kurangnya regenerasi penari laki-laki menjadi kendala utama dalam perkembangannya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelestarian dan pengembangan tari Serampang Dua Belas memerlukan kolaborasi antara masyarakat yang mendukung penuh untuk para generasi muda laki-laki yang tertarik untuk menari dengan tidak mengucilkan mereka, institusi pendidikan mengikutsertakan laki-laki untuk terlibat dalam mengadakan lomba atau festival tari mulai dari tingkat lokal, guna menjaga kelangsungan nilai-nilai budaya lokal di tengah arus perubahan zaman.

This study aims to examine the community's perspective on the development of the Serampang Dua Belas Dance in the West Kisaran region, Asahan Regency, North Sumatra. The method used in this study is a descriptive qualitative approach with data collection techniques through interviews, observations, and documentation studies. The results of the study indicate that the West Kisaran community has positive and negative views on the development of the Serampang Dua Belas Dance. This positive view is seen from the dance that is still running even though it is danced by only a pair of women. The negative view is that there will be a change in the essence of the Serampang Dua Belas dance if it continues to be danced by a pair of women. The Serampang Dua Belas dance tells the love story of a young couple who are in love, but currently the dance is only danced by a pair of women, the lack of regeneration of male dancers is a major obstacle in its development. This study concludes that the preservation and development of the Serampang Dua Belas dance requires collaboration between the community that fully supports the younger generation of men who are interested in dancing without ostracizing them, educational institutions involving men to be involved in holding competitions or dance festivals starting from the local level, in order to maintain the continuity of local cultural values amidst the changing times.

Unduhan

Diterbitkan

2025-07-30