TARI SADA SABAI DALAM ADAT PERNIKAHAN MASYARAKAT SUKU KOMERINGDI OKU TIMUR PROVINSI SUMATERA SELATAN

Penulis

  • Aline Wahyu Berlian Institut Seni Indonesia Padangpanjang
  • Sri Meiweni Basra Institut Seni Indonesia Padangpanjang
  • Muhammad Fikri Institut Seni Indonesia Padangpanjang
  • Auliana Mukhti Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Kata Kunci:

Tari Sada Sabai, Adat Pernikahan, Pelestarian Budaya Suku Komering

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bentuk pertunjukan tari Sada Sabai serta menganalisis persepsi masyarakat. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori budaya, teori bentuk tari dan teori persepsi masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif, dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa tari Sada Sabai ditarikan oleh kedua orang tua mempelai dengan menggunakan busana tradisional, diiringi dengan musik tradisional seperti kulintang dan gong, serta menggunakan properti berupa selendang dan kipas yang mempunyai makna. Persepsi masyarakat suku Komering umumnya menanggapi tari ini sebagai simbol identitas dan warisan budaya yang harus dijaga. Sementara itu, masyarakat non-Komering lebih melihatnya sebagai bentuk seni tradisi yang menarik.

The purpose of this research is to describe the form of Sada Sabai dance performance and analyzy community perceptions. The theories used in this research are cultural theory, dance form theory and social perception theory. The research uses a desciptive method of analysis with a qualitativ approach, with data collection techniques in the form of observation, interviews, and documentation. The results showed that Sada Sabai dance is interest by the parents of the bride and groom using traditional clothing, accompanied by traditional music such as kulintang and gong, and using properties in the form of scarves and fans that have meaning. The perception of the Komering tribe generally responds to this dance as a symbol of identity and cultural heritage that must be preserved. Meanwhile, non-Komering communities see it more as an interesting form of traditional art.

Unduhan

Diterbitkan

2025-07-30