TRADISI BERINAI DAN TEPUNG TAWAR: SIMBOL DOA KESELAMATAN DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT MELAYU KAMPAR KIRI DESA PADANG SAWAH

Penulis

  • Anggun Cahaya Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
  • M. Tizani Nawa Bik Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
  • Dian Nugrahah Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
  • Ellya Roza Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Kata Kunci:

Tradisi Berinai, Tepung Tawar, Budaya Melayu, Kampar Kiri, Pelestarian Adat

Abstrak

The traditions of berinai and tepung tawar in the marriage ceremonies of the Malay community in Kampar Kiri, particularly in Padang Sawah Village, are significant elements of cultural identity passed down through generations. The berinai ritual, performed before the wedding contract, symbolizes purity, protection, and prayers for safety, while tepung tawar, held after the contract, represents blessings, social acceptance, and well-being for the newlyweds. This study employed a qualitative method through interviews, observations, and documentation involving local traditional leaders and community members. The findings reveal that these traditions are not merely ceremonial practices but also embody religious, social, moral, and educational values, serving as cultural learning for younger generations. The integration of custom, religion, and environment is reflected in the philosophy “adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah,” which strengthens the relevance of these traditions in modern times. However, modernization poses serious challenges as some young people perceive the rituals as outdated. Preservation efforts include cultural education, youth involvement, and the use of digital media to promote the traditions as valuable cultural heritage. Thus, berinai and tepung tawar remain living symbols of prayer, blessings, and the identity of the Kampar Kiri Malay community.

 

Tradisi berinai dan tepung tawar dalam perkawinan masyarakat Melayu Kampar Kiri, khususnya di Desa Padang Sawah, merupakan bagian penting dari identitas budaya yang diwariskan turun-temurun. Prosesi berinai dilaksanakan menjelang akad nikah sebagai simbol kesucian, doa keselamatan, dan penolak bala, sedangkan tepung tawar dilakukan setelah akad sebagai bentuk restu, doa keberkahan, serta penerimaan sosial bagi pengantin. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi terhadap tokoh adat dan masyarakat setempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi berinai dan tepung tawar tidak hanya berfungsi sebagai ritual seremonial, tetapi juga mengandung nilai religius, sosial, moral, serta pendidikan budaya bagi generasi muda. Integrasi antara adat, agama, dan lingkungan tercermin dalam filosofi “adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah,” yang memperkuat relevansi tradisi di era modern. Namun, modernisasi membawa tantangan serius karena sebagian generasi muda mulai memandang adat sebagai kuno. Upaya pelestarian dilakukan melalui sosialisasi, keterlibatan generasi muda, serta pemanfaatan media digital untuk memperkenalkan tradisi sebagai warisan budaya yang bernilai tinggi. Dengan demikian, tradisi berinai dan tepung tawar tetap hidup sebagai simbol doa, keberkahan, dan identitas masyarakat Melayu Kampar Kiri.

Unduhan

Diterbitkan

2025-09-30