ANALISIS ATAS UNGKAPAN “SESAMAKU MANUSIA” DALAM LUKAS. 10:29-36 DAN RELEVANSINYA BAGI UPAYA MEMERANGI TINDAKAN INSTRUMENTALISASI MANUSIA DALAM KEHIDUPAN BERAGAMA

Penulis

  • Yohanes Ndeo Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero
  • Elias Darsa Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero
  • Reinaldus Sina Ama Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif Ledalero

Kata Kunci:

Sesamaku Manusia, Instrumentalisasi Manusia, Martabat Manusia, Agama

Abstrak

Artikel ini menaruh perhatian besar akan martabat manusia yang kerap dipermainkan oleh sesama dalam ruang lingkup agama. Dewasa ini, banyak kasus-kasus intoleransi yang ditemukan di mana-mana. Hal itu disebabkan oleh adanya oknum-oknum tertentu yang ingin mengabsolutkan ajaran sebagai kebenaran fundamen dari semua ajaran. Maka, tindakan perendahan terhadap martabat manusia dapat terciptakan. Hal itu terjadi sebagai konsekuensi dari adanya kekeliruan dalam memanifestasikan fundamentalisme dalam sebuah agama. Dalam konteks  demikian, kerap manusia bukan lagi dijadikan sebagai subjek yang bermartabat melainkan sebagai objek atau musuh. Dalam hal ini, manusia semacam dijadikan objek pengamatan agama. Lantas, praktik agama semacam apa yang dapat ditunjukkan sekaligus dihidupi oleh para penganut agama sebagai bentuk penghargaannya terhadap martabat manusia. Untuk menjawabi pertanyaan itu, melalui metode analisis teks dengan pendekatan kuantitatif ini, penulis mencoba mengkaji hasil analisis atas ungkapan “sesamaku manusia” yang disampaikan oleh Yesus dalam Luk. 10:29-36. Hemat penulis, ungkapan sesamaku manusia yang terlukiskan dalam Luk. 10:29-36 amat menginspirasi para penganut agama untuk boleh membangun praktik agama yang benar guna memerangi tindakan instrumentalisasi manusia dalam kehidupan beragama. Hal itu dilakukan pula sebagai bentuk pengakuannya terhadap martabat sesama manusia kendatipun tidak seagama.

Unduhan

Diterbitkan

2024-11-29