PAUS FRANSISKUS: “AKTOR” DALAM MENINGKATKAN TOLERANSI BERAGAMA DI INDONESIA

Penulis

  • Hilarius Joy Kaku Institut Filsafat Dan Teknologi Kreatif Ledalero
  • Gregorius Nule Institut Filsafat Dan Teknologi Kreatif Ledalero

Kata Kunci:

Intoleransi, Paus Fransiskus Dan Toleransi

Abstrak

Intoleransi beragama menjadi salah satu Persoalan dalam ruang lingkup agama yang masih aktual dan seringkali menjadi topik perbincangan dalam ruang publik. Hal ini memberi suatu penegasan bahwa disatu sisi agama dilihat sebagai pusat ajaran iman dan moral tetapi pada sisi lain agama menjadi sebuah wadah terjadinya perpecahan. Maka dari itu, fokus utama tulisan ini ialah mengupayakan kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan mendorong masyarakat Indonesia ke arah hidup yang lebih rukun, damai dan berintegritas di bawah semboyan bhineka tunggal ika. Penulis memilih Paus Fransiskus sebagai aktor dan model yang dapat memberikan teladan demi meningkatkan toleransi beragama di tengah kehidupan masyarakt Indonesia yang multiagama. Ada tiga hal yang perlu diteladani dari paus Fransiskus; Pertama, berani untuk membangun dialog antarumat beragama. Kedua, menghargai sesama sebagai Imago Dei. Ketiga menjunjung tinggi ajaran kasih. Dalam menyelesaikan tulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan menganalisis secara kritis tulisan-tulisan lain yang masih relevan dengan tema yang dipilih. Selebihnya penulis menganalisa kasus-kasus intoleransi beragama di Indonesia yang terjadi pada beberap kurun waktu terakhir.

Religious intolerance is one of the problems within the scope of religion that is still actual and is often a topic of discussion in the public sphere. This confirms that on the on hand, religion is seen as center of faith and moral teachings, but on the other hand, religion is a place for division. Therefore, the main focus of this article is to strive for a life in society that upholds the value of tolerance and encourages Indonesian society towards a life that is more harmonious, peaceful and with integrity under the motto of Bhineka Tunggal Ika. the author chooses Pope Francis as an actor and model who can provide an example to increase religious tolerance in the midst of multi-religious Indonesian society. There are three things that need to be imitated from Pope Francis; first, dare to build dialogue between religious communities. Second, respect others of Imago Dei. Third, uphold the teachings of love. In completing this article, the author used library research methods by critically analyzing other writings that are still relevant to the chosen theme. In addition, the author analyzes cases of religious intolerance in Indonesian that have occurred in the last few periods.

Unduhan

Diterbitkan

2024-11-29