TRADISI UNIK PERANG TOPAT WUJUD KELUHURAN BUDAYA DAN BUKTI NYATA TOLERANSI BERAGAMA DI PURA LINGSAR DESA LINGSAR, KECEMATAN LINGSAR, KABUPATEN LOMBOK BARAT

Penulis

  • Nur Ramdani Universitas Muhammadiyah Mataram
  • Suhadah Universitas Muhammadiyah Mataram
  • Sukarta Universitas Muhammadiyah Mataram

Kata Kunci:

perang topat, pura lingsar, toleransi, keluhuran budaya, umat beragama, Lombok barat

Abstrak

Artikel ini tentang tradisi bela diri Topat yang dilakukan di Pura Lingsar di Desa Lingsar Kabupaten Lombok Barat. Tradisi ini melambangkan keluhuran budaya dan toleransi antar umat beragama, khususnya Hindu dan Islam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami makna dan makna perang Topat dalam memperkuat kerukunan umat beragama di wilayah tersebut. Observasi partisipatif dan wawancara terhadap partisipan dan tokoh masyarakat yang terlibat dalam tradisi ini digunakan sebagai metode penelitian. Tradisi perang Topati merupakan simbol kerukunan dan keharmonisan antara umat Hindu dan Islam di Candi Lingsar. Tradisi ini dimulai pada abad ke-16 ketika pemimpin Hindu Dang Hyang Nirartha memperkenalkan agama Hindu ke Lombok. Untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat setempat yang mayoritas beragama Islam, Dang Hyang Nirartha memadukan unsur agama Islam dengan ajaran Hindu. Perang Topat menjadi salah satu tradisi yang lahir dari perpaduan tersebut. Perang Topat dilaksanakan setiap tahun pada bulan ke-10 dalam penanggalan Sasak, bersamaan dengan perayaan Bau Nyale. Ribuan pengunjung dari berbagai agama, baik Hindu maupun Muslim, datang untuk menyaksikan dan ikut serta dalam tradisi ini. Peserta Perang Topat terdiri dari pemuda-pemudi dari masyarakat Hindu dan Muslim, yang bersatu dalam semangat kebersamaan dan kerukunan.Dalam Perang Topat, peserta melemparkan bantal bulat yang diisi dengan ketan atau nasi ketan yang ditaburi dengan berbagai warna. Tradisi ini mengajarkan nilai-nilai seperti kebersamaan, kerukunan, dan toleransi antarumat beragama. Selain sebagai ajang perayaan dan kegembiraan, Perang Topat juga memiliki makna mendalam, yakni menghilangkan kebencian dan permusuhan di antara umat beragama. Penelitian ini menggunakan metode observasi partisipan dan wawancara untuk memperoleh pemahaman mendalam mengenai tradisi bela diri Topat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi ini berperan penting dalam menjaga keluhuran budaya dan toleransi beragama di Candi Lingsar. Tradisi ini secara aktif melibatkan komunitas Hindu dan Muslim, memperkuat kerja sama dan persaudaraan di antara mereka. Semoga artikel ini dapat memberikan pemahaman lebih dalam mengenai keunikan dan keceriaan tradisi bela diri Topat serta pentingnya menjaga keluhuran budaya dan toleransi beragama. Indonesia. Penelitian ini dapat membantu mendorong perdamaian dan kerukunan antar umat beragama serta menghormati keberagaman budaya di masyarakat.

Unduhan

Diterbitkan

2024-05-31