KESOPAN SANTUNAN DALAM UPACARA ADAT MARHORI-HORI DING-DING PERNIKAHAN ADAT BATAK TOBA: KAJIAN NORMATIF

Penulis

  • Tioara Monika Simarmata Universitas Sumatera Utara
  • Eka Silviana Siregar Universitas Sumatera Utara
  • Juwita Paramita Tampubolon Universitas Sumatera Utara
  • Lastiur Sinaga Universitas Sumatera Utara
  • Flansius Tampubolon Universitas Sumatera Utara

Kata Kunci:

Marhori-Hori Ding-Ding, Adat Batak, Kesopanan, Santunan, Nilai Budaya, Kajian Normatif

Abstrak

Upacara Marhori-hori Dinding dalam pernikahan Batak Toba adalah bagian dari berbagai prosesi adat yang sangat berbeda dan unik. Ini terutama karena cara komunikasinya, yang melibatkan percakapan antara keluarga pengantin yang penuh dengan kritik, sindiran, bahkan lucu. Meskipun secara lahiriah terlihat seperti ajang saling menyalahkan atau mempermalukan, Marhori-hori Dinding sebenarnya adalah representasi dari kedewasaan budaya Batak dalam menangani konflik, membingkai perbedaan, dan membangun keharmonisan melalui mekanisme sosial yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki nilai-nilai santunan dan kesopanan yang tersembunyi di balik praktik lisan upacara ini. Metode normatif digunakan dalam penelitian ini. Metode ini menjelaskan bagaimana norma-norma adat berfungsi sebagai dasar komunikasi dan perasaan para pelaku upacara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa norma-norma etis mengatur batas-batas percakapan dalam setiap ungkapan kritik atau sindiran. Ini dilakukan agar orang lain tidak terluka secara langsung. Dalam situasi ini, kesopanan ditentukan oleh kesadaran budaya untuk mempertahankan kehormatan keluarga dan hubungan marga, serta pilihan kata yang tepat. Untuk menciptakan keseimbangan dan meredakan konflik dalam hubungan, kompensasi juga diberikan dalam bentuk ungkapan maaf, pengakuan, dan pemberian simbolik. Oleh karena itu, Marhori-hori Dinding merupakan ekspresi nilai-nilai luhur masyarakat Batak Toba, yang lebih dari sekadar ritual simbolik. Norma kesopanan dan santunan menjadi fondasi utama untuk menjaga marwah adat Batak Toba. Upacara ini menunjukkan bahwa orang Batak Toba telah lama mengetahui cara menyelesaikan masalah sosial yang didasarkan pada nilai, etika komunal, dan kesadaran kolektif untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat.

The Marhori-hori Dinding ceremony in a Batak Toba wedding is part of a variety of very different and unique traditional processions. This is mainly because of the way of communication, which involves conversations between the bride and groom's families that are full of criticism, sarcasm, and even humor. Although outwardly it looks like an event to blame or humiliate each other, Marhori-hori Dinding is actually a representation of the maturity of Batak culture in dealing with conflict, framing differences, and building harmony through social mechanisms that have been passed down from generation to generation. The purpose of this study is to investigate the values of courtesy and politeness hidden behind the oral practice of this ceremony. The normative method is used in this study. This method explains how customary norms function as the basis for communication and feelings of the perpetrators of the ceremony. The results of the study show that ethical norms regulate the boundaries of conversation in every expression of criticism or sarcasm. This is done so that others are not directly hurt. In this situation, politeness is determined by cultural awareness to maintain family honor and clan relations, as well as the right choice of words. To create balance and defuse conflict in relationships, compensation is also given in the form of apologies, acknowledgments, and symbolic gifts. Therefore, Marhori-hori Dinding is an expression of the noble values of the Batak Toba people, which is more than just a symbolic ritual. Norms of politeness and courtesy are the main foundation for maintaining the dignity of the Batak Toba customs. This ceremony shows that the Batak Toba people have long known how to solve social problems based on values, communal ethics, and collective awareness to maintain harmony in society.

Unduhan

Diterbitkan

2025-06-29