PENGALAMAN KOMUNIKASI JURNALIS TENTANG ALGORITMA KONTEN PEMBERITAAN MEDIA DI ERA POST-TRUTH
Kata Kunci:
Algoritma Konten, Jurnalisme Berkualitas, Post-TruthAbstrak
Para era post-truth, para jurnalis dihadapkan pada situasi hadirnya berbagai platform media sosial yang semakin populer di masyarakat yang memiliki tingkat ketergantungan tinggi terhadap gawai. Publik kini tak lagi tergantung pada berita yang ditulis oleh jurnalis untuk memperoleh informasi terkini. Kebutuhan informasi tersebut sudah disediakan oleh platform media sosial, yang mengimplementasikan teknologi machine learning sehingga mampu mempelajari kebiasaan dan perilaku penggunanya untuk menghadirkan konten yang sesuai minat pengguna. Adanya algoritma menghasilkan filter bubble adalah keadaan di mana informasi yang muncul di media sosial pengguna menjadi seragam. Hal ini disebabkan oleh filter algoritma media sosial yang menyaring informasi-informasi yang ada dan hanya memunculkan yang sesuai dengan preferensi pengguna media sosial. Hasil penelitian menunjukkan bagi jurnalis, algoritma konten merupakan sebuah bentuk tantangan. Mau tidak mau dan suka tidak suka terutama yang bekerja di publisher digital harus menghadapi algoritma konten. Tapi itu menjadi sebuah pilihan bagi jurnalis, mau mengikuti algoritma konten atau tidak. Bagi publisher digital yang mencari traffic dan impresi serta tingkat keterlibatan audience maka tentu saja harus mengikuti algoritma konten dari platform. Namun, walau pun mengikuti algoritma konten dalam menulis berita; jurnalis harus tetap berpegang teguh pada prinsip dan kaidah jurnalistik, kode etik jurnalistik, serta pedoman pemberitaan, dan panduan pengguna platform yang berlaku. Hal ini untuk menjamin validitas informasi, meminimalisir timbulnya hoaks, dan mengedepankan jurnalisme berkualitas.