ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA PADA TREN KOLOM KOMENTAR TIKTOK DI KALANGAN REMAJA
Kata Kunci:
TikTok, Kesalahan Berbahasa, Bahasa Gaul, Remaja, Analisis KebahasaanAbstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam tren kolom komentar TikTok di kalangan remaja. TikTok sebagai media sosial yang sangat populer di kalangan muda menjadi sarana komunikasi yang memunculkan beragam bentuk bahasa gaul dan slang. Bahasa yang digunakan sering kali tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik dari segi ejaan, diksi, struktur kalimat, maupun semantik. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan analisis kesalahan berbahasa. Data diperoleh melalui pengamatan dan dokumentasi terhadap komentar-komentar yang muncul pada video TikTok yang viral dan populer di kalangan remaja. Analisis dilakukan berdasarkan teori analisis kesalahan berbahasa yang dikemukakan oleh Corder, Dulay, Burt, Krashen, dan James. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan yang dominan mencakup kesalahan ortografis, leksikal, gramatikal, semantik, serta campur kode. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia di era digital, khususnya dalam penggunaan bahasa di media sosial.
This study aims to identify and analyze the misuse of the Indonesian language in the comment sections of TikTok trends among teenagers. TikTok, as a highly popular social media platform among youth, serves as a communication medium that fosters the emergence of various forms of slang and informal language. The language used often deviates from standard Indonesian norms in terms of spelling, diction, sentence structure, and semantics. This research employs a qualitative descriptive method with an error analysis approach. Data were collected through observation and documentation of comments on viral and widely viewed TikTok videos among teenagers. The analysis is based on language error theories proposed by Corder, Dulay, Burt, Krashen, and James. The findings reveal that the most dominant errors include orthographic, lexical, grammatical, semantic errors, and code-mixing. This study is expected to contribute to the cultivation and development of the Indonesian language in the digital era, particularly in language use on social media.