DINAMIKA EMOSI PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN ORANG TUA (STUDI KASUS PADA ANAK KORBAN PERCERAIAN DI KOTA KUPANG)
Kata Kunci:
Perceraian Orang Tua, Dinamika Emosional, RemajaAbstrak
Parental divorce is a family event that generates a significant psychological impact on adolescents. This study aims to explore the emotional dynamics of adolescents who experienced parental divorce in Kupang City using a qualitative case study approach. Four adolescents aged 17–18 years who experienced parental divorce within the past six to twelve months were recruited as participants through purposive sampling. Data were collected through semi-structured in-depth interviews and observation, then analyzed using thematic analysis based on Plutchik’s Feedback Loops framework. The findings reveal that divorce was triggered by infidelity, conflict, and domestic violence, which shaped adolescents’ cognitive interpretations in the form of perceived loss of affection, emotional disconnection, and rejection toward unfaithful behavior. Emotional responses were dominated by sadness, anger, and a sense of emptiness, accompanied by physiological reactions such as sleep disturbances and fatigue. Behavioral impulses were reflected through withdrawal, emotional displacement, avoidance of academic and social environments, and tendencies to blame the situation. Long-term effects included relational trauma, negative perceptions of marriage, loss of emotional bonding, and redefinition of family values. However, some participants demonstrated adaptive efforts by constructing new personal meanings regarding their future. These findings highlight the need for emotional support and context-sensitive psychosocial interventions for adolescents affected by parental divorce.
Perceraian orang tua merupakan peristiwa keluarga yang menimbulkan dampak psikologis yang signifikan bagi remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika emosional remaja yang mengalami perceraian orang tua di Kota Kupang dengan menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif. Empat remaja berusia 17–18 tahun yang mengalami perceraian orang tua dalam enam hingga dua belas bulan terakhir direkrut sebagai partisipan melalui purposive sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam semi-terstruktur dan observasi, kemudian dianalisis menggunakan analisis tematik berdasarkan kerangka kerja Feedback Loops Plutchik. Temuan penelitian mengungkapkan bahwa perceraian dipicu oleh perselingkuhan, konflik, dan kekerasan dalam rumah tangga, yang membentuk interpretasi kognitif remaja berupa persepsi hilangnya kasih sayang, keterputusan emosional, dan penolakan terhadap perilaku tidak setia. Respons emosional didominasi oleh kesedihan, kemarahan, dan rasa hampa, disertai reaksi fisiologis seperti gangguan tidur dan kelelahan. Impuls perilaku tercermin melalui penarikan diri, perpindahan emosi, penghindaran lingkungan akademik dan sosial, serta kecenderungan menyalahkan situasi. Efek jangka panjangnya meliputi trauma relasional, persepsi negatif tentang pernikahan, hilangnya ikatan emosional, dan redefinisi nilai-nilai keluarga. Namun, beberapa partisipan menunjukkan upaya adaptif dengan membangun makna pribadi baru terkait masa depan mereka. Temuan ini menyoroti perlunya dukungan emosional dan intervensi psikososial yang peka terhadap konteks bagi remaja yang terdampak perceraian orang tua.



