ANALISIS PENERAPAN ONTOLOGI TERHADAP UPAYA MASYARAKAT GUNUNG AGUNG DALAM MELESTARIKAN GENDANG BELEQ

Penulis

  • Ardiansyah Universitas Mataram
  • Khaeroniq Zaennurain Universitas Mataram
  • Muhammad Purnama Aji Universitas Mataram
  • Maula Desti Siltania Universitas Mataram
  • Nur Aulia Azril Universitas Mataram

Kata Kunci:

Ontologi, Upaya, Kesenian, Gendang Beleq

Abstrak

Secara teritorial Indonesia adalah negara yang sangat luas dan memiliki banyak suku dan budaya masyarakat di setiap daerah. Keberagaman budaya yang dimiliki ini perlu dipertahankan dan dilestarikan dengan baik oleh kalangan, baik tokoh masyarakat, pemerintah, tokoh budaya, maupun tokoh pemuda. Permasalahan yang terjadi sekarang ialah kebudayaan asli yang dimiliki oleh Indonesia banyak diklaim oleh negara lain sebagai kekayaan intlektual yang dimiliki oleh negaranya. Salah satu suku yang paling besar di Nusa Tenggara Barat adalah suku sasak yang berada di Lombok dengan keseniannya yang populer yaitu Gendang Beleq, Gendang Beleq adalah budaya dan kesenian masyarakat yang sering ditampilkan di acara adat dan acara-acara kemasyarakatan. Penelitian ini digunakan menggunakan metode kualitatif yaitu observasi dan wawancara dengan beberapa informan yang ada di dusun Gunung Agung, yaitu wawancara dengan ketua komunitas Gendang Beleq Gema Agung, wawancara dengan tokoh budaya Gunung Agung, dan tokoh masyarakat Gunung Agung. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pada masyarakat Gunung Agung, Gendang Beleq adalah kesenian yang lahir secara turun temurun dan masih eksis dipertahankan sampai sekarang. Dalam hal melestarikan kesenian Gendang Beleq, masyarakat Gunung Agung selalu menggunakan Gendang Beleq pada setiap acaranya tanpa melibatkan atau mengundang alat musik yang lebih modern dan menarik seperti Kecimol dan grup musik lainnya dengan tujuan untuk tetap melestarikan budaya daerah. Untuk mengatensi masalah minat anak muda, masyarakat Gunung Agung khusunya komunitas Gema Agung selalu membuka ruang pembelajaran bagi anak muda yang ingin belajar memainkan Gendang Beleq tanpa dipungu biaya dengan alat-alat yang sangat lengkap.

Territorially, Indonesia is a vast country with numerous ethnic groups and cultural diversity in every region. This cultural diversity must be well-preserved and maintained by all levels of society, including community leaders, government officials, cultural figures, and youth leaders. The current issue is that many of Indonesia’s indigenous cultures are being claimed by other countries as their intellectual property. One of the largest ethnic groups in West Nusa Tenggara is the Sasak tribe, located in Lombok, known for its popular art form, Gendang Beleq. Gendang Beleq is a cultural and artistic tradition often performed at traditional ceremonies and community events. This study employs qualitative methods, including observations and interviews with the Gendang Beleq community Gema Agung leader, cultural figures, and community leaders in Gunung Agung. The research findings indicate that for the people of Gunung Agung, Gendang Beleq is a traditional art form passed down through generations and is still actively preserved today. To maintain this tradition, the people of Gunung Agung consistently use Gendang Beleq in every event, avoiding the involvement of more modern and attractive musical instruments such as Kecimol and other music groups, to preserve the local culture. To address the issue of youth interest, the Gunung Agung community, particularly the Gema Agung community, provides free learning opportunities for young people who want to learn to play Gendang Beleq. These sessions are supported with fully equipped instruments and no fees are charged.

Unduhan

Diterbitkan

2024-12-30