STUDI ANALISIS COMMUTER MARRIAGE FAMILY MENURUT ULAMA KONTEMPORER

Penulis

  • Rudi Apriandi UIN Sultan Syarif Kasim Riau
  • Akbarizan UIN Sultan Syarif Kasim Riau
  • Arisman UIN Sultan Syarif Kasim Riau

Kata Kunci:

Commuter Marriage, Pernikahan Jarak Jauh, Hak Dan Kewajiban Suami Istri, Ulama Kontemporer, Fikih Keluarga

Abstrak

Fenomena commuter marriage atau pernikahan jarak jauh merupakan bentuk adaptasi pasangan suami istri terhadap tuntutan ekonomi dan karier yang mengharuskan mereka tinggal terpisah. Fenomena ini semakin umum di era globalisasi, namun juga menimbulkan tantangan dalam pemenuhan hak dan kewajiban suami istri, khususnya terkait kebutuhan biologis, emosional, dan komunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis commuter marriage dalam perspektif Islam berdasarkan pandangan ulama kontemporer seperti Yusuf al-Qaradawi, Wahbah al-Zuhaili, dan Ahmad al-Raysuni. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan studi kepustakaan, ditemukan bahwa commuter marriage tidak bertentangan dengan syariat Islam selama hak-hak dan kewajiban dalam rumah tangga tetap terpenuhi, serta komunikasi dan komitmen antara pasangan dijaga dengan baik. Namun, hubungan jarak jauh ini sebaiknya diposisikan sebagai solusi darurat (dharurat) dan bukan pilihan utama dalam membina rumah tangga.

The phenomenon of commuter marriage, or long-distance marriage, is a form of adaptation by married couples to economic and career demands that require them to live apart. This trend has become increasingly common in the era of globalization but also presents challenges in fulfilling spousal rights and obligations, particularly concerning biological needs, emotional connection, and communication. This study aims to analyze commuter marriage from an Islamic perspective based on the views of contemporary scholars such as Yusuf al-Qaradawi, Wahbah al-Zuhaili, and Ahmad al-Raysuni. Using a qualitative and literature-based approach, the study finds that commuter marriage is not contrary to Islamic teachings as long as spousal rights and duties are maintained, and the couple preserves effective communication and commitment. However, this type of marital arrangement should be seen as a last-resort solution (dharura) rather than the ideal form of family life.

Unduhan

Diterbitkan

2025-06-29